Vivitra


Apa Kandungan dan Komposisi Vivitra?

Kandungan dan komposisi produk obat maupun suplemen dibedakan menjadi dua jenis yaitu kandungan aktif dan kandungan tidak aktif. Kandungan aktif adalah zat yang dapat menimbulkan aktivitas farmakologis atau efek langsung dalam diagnosis, pengobatan, terapi, pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia.

Jenis yang kedua adalah kandungan tidak aktif atau disebut juga sebagai eksipien. Kandungan tidak aktif ini fungsinya sebagai media atau agen transportasi untuk mengantar atau mempermudah kandungan aktif untuk bekerja. Kandungan tidak aktif tidak akan menambah atau meningkatkan efek terapeutik dari kandungan aktif. Beberapa contoh dari kandungan tidak aktif ini antara lain zat pengikat, zat penstabil, zat pengawet, zat pemberi warna, dan zat pemberi rasa. Kandungan dan komposisi Vivitra adalah:

Trastuzumab 440 mg

Vivitra Obat Apa?


Apa Indikasi, Manfaat, dan Kegunaan Vivitra?

Indikasi merupakan petunjuk mengenai kondisi medis yang memerlukan efek terapi dari suatu produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) atau kegunaan dari suatu produk kesehatan untuk suatu kondisi medis tertentu. Vivitra adalah suatu produk kesehatan yang diindikasikan untuk:

  • Kanker payudara stadium dini dan metastatik
  • Kanker gaster stadium lanjut

Apa Saja Kontraindikasi Vivitra?

Kontraindikasi merupakan suatu petunjuk mengenai kondisi-kondisi dimana penggunaan obat tersebut tidak tepat atau tidak dikehendaki dan kemungkinan berpotensi membahayakan jika diberikan. Pemberian Vivitra dikontraindikasikan pada kondisi-kondisi berikut ini:

Pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap trastuzumab atau komponen lain dari produk ini.

Apa saja Peringatan dan Perhatian Penggunaan Vivitra?

  • Efek samping serius infus trastuzumab meliputi dispnea, hipotensi, mengi, bronkospasme, takikardi, penurunan saturasi oksigen, dan gawat napas telah dilaporkan
  • Kejadian paru yang berat telah dilaporkan walaupun jarang dengan penggunaan trastuzumab
  • Gagal jantung (New York Assosciation [NYHA] kelas II-IV) telah terpantau pada pasien yang mendapat terapi trastuzumab tunggal atau dalam kombinasi dengan paclitaxel setelah kemoterapi yang mengandung anthracycline (doxorubicin atau epirubicin)
  • Hati-hati dalam memberikan terapi pada pasien dengan gagal jantung simptomatik, riwayat hipertensi, atau penyakit arteri koroner yang terdokumentasi, dan pada pasien kanker payudara stadium dini, pada pasien dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) 55% atau kurang
  • Fungsi jantung harus dipantau lebih lanjut selama terapi (misalnya setiap 3 bulan). Pasien yang mengalami disfungsi jantung asimptomatik mendapat manfaat dari pemantauan lebih sering (misalnya setiap 6-8 minggu)
  • Jika memberikan trastuzumab kepada pasien dengan riwayat sensitivitas terhadap benzyl alcohol, trastuzumab harus direkonstitusi dengan water for injection, dan hanya 1 dosis per vial trastuzumab yang boleh digunakan. Bagian yang tersisa harus dimusnahkan
  • Pada pasien dengan kanker payudara stadium dini, pemeriksaan jantung, yang dilakukan di awal, harus diulangi setiap 3 bulan selama terapi dan setiap 6 bulan setelah penghentian terapi sampai 24 bulan dari pemberian trastuzumab yang terakhir. Pada pasien yang mendapat kemoterapi mengandung anthracycline, pemantauan lebih lanjut direkomendasikan, dan harus dilakukan setiap tahun sampai 5 tahun dari pemberian trastuzumab yang terakhir, atau lebih lama jika terpantau penurunan LVEF terus menerus

Apa Saja Interaksi Obat Vivitra?

Interaksi obat merupakan suatu perubahan aksi atau efek obat sebagai akibat dari penggunaan atau pemberian bersamaan dengan obat lain, suplemen, makanan, minuman, atau zat lainnya. Interaksi obat Vivitra antara lain:

  • Belum terdapat studi formal mengenai interaksi obat yang dilakukan dengan trastuzumab pada manusia. Interaksi dengan obat penyerta lainnya yang digunakan dalam uji klinik yang bermakna secara klinis belum terpantau
  • Inkompatibilitas
    Tidak terdapat inkompatibilitas antara trastuzumab dan kantung polyvinyl chloride, polyethylene atau polypropylene yang terpantau
  • Larutan dextrose (5%) tidak boleh digunakan karena dapat menyebabkan agregasi protein
  • Trastuzumab tidak boleh dicampur atau dilarutkan dengan obat lain


Pertanyaan yang Sering Diajukan

Apakah Aman Menggunakan Vivitra Saat Mengemudi atau Mengoperasikan Mesin?

Jika Anda mengalami gejala efek samping seperti mengantuk, pusing, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan, jantung berdebar, dan lain-lain setelah menggunakan Vivitra, yang dapat mempengaruhi kesadaran atau kemampuan dalam mengemudi maupun mengoperasikan mesin, maka sebaiknya Anda menghindarkan diri dari aktivitas-aktivitas tersebut selama penggunaan dan konsultasikan dengan dokter Anda.

Bagaimana Jika Saya Lupa Menggunakan Vivitra?

Jika Anda lupa menggunakan Vivitra, segera gunakan jika waktunya belum lama terlewat, namun jika sudah lama terlewat dan mendekati waktu penggunaan berikutnya, maka gunakan seperti dosis biasa dan lewati dosis yang sudah terlewat, jangan menggandakan dosis untuk mengganti dosis yang terlewat. Pastikan Anda mencatat atau menyalakan pengingat untuk mengingatkan Anda mengenai waktu penggunaan obat agar tidak terlewat kembali.

Apakah Saya Dapat Menghentikan Penggunaan Vivitra Sewaktu-waktu?

Beberapa obat harus digunakan sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan melebih atau mengurangi dosis obat yang diberikan oleh dokter secara sepihak tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan sebagainya harus digunakan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah resistensi dari bakteri, virus, maupun jamur terhadap obat tersebut. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Jangan menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter, karena beberapa obat memiliki efek penarikan jika penghentian dilakukan secara mendadak. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Bagaimana Cara Penyimpanan Vivitra?

Setiap obat memiliki cara penyimpanan yang berbeda-beda, cara penyimpanan dapat Anda ketahui melalui kemasan obat. Pastikan Anda menyimpan obat pada tempat tertutup, jauhkan dari panas maupun kelembapan. Jauhkan juga dari paparan sinar Matahari, jangkauan anak-anak, dan jangkauan hewan.

Bagaimana Penanganan Vivitra yang Sudah Kedaluwarsa?

Jangan membuang obat kedaluwarsa ke saluran air, tempat penampungan air, maupun toilet, sebab dapat berpotensi mencemari lingkungan. Juga jangan membuangnya langsung ke tempat pembuangan sampah umum, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat. Hubungi Dinas Kesehatan setempat mengenai cara penangangan obat kedaluwarsa.


Apa Efek Samping Vivitra?

Efek Samping merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dari suatu obat. Efek samping ini dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada pada kondisi penyakit, usia, berat badan, jenis kelamin, etnis, maupun kondisi kesehatan seseorang. Efek samping Vivitra yang mungkin terjadi adalah:

Yang sering dijumpai yaitu gejala terkait infus seperti demam dan menggigil, mual, muntah, diare, konstipasi, neutropenia, infeksi, ruam, eritema, sakit kepala, astenia, artralgia, dan mialgia. Efek samping yang penting secara klinis adalah kardiotoksisitas dan toksisitas pada paru.

Berapa Dosis dan Bagaimana Aturan Pakai Vivitra?

Dosis adalah takaran yang dinyatakan dalam satuan bobot maupun volume (contoh: mg, gr) produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) yang harus digunakan untuk suatu kondisi medis tertentu serta frekuensi pemberiannya. Biasanya kekuatan dosis ini tergantung pada kondisi medis, usia, dan berat badan seseorang. Aturan pakai mengacu pada bagaimana produk kesehatan tersebut digunakan atau dikonsumsi. Berikut ini dosis dan aturan pakai Vivitra:

dan Pemberian

Sesuai petunjuk dokter.

Bagaimana Cara Penyimpanan Vivitra?

  • Simpan pada suhu 2-8ºC
  • Obat ini tidak boleh digunakan setelah tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan

Bagaimana Kemasan dan Sediaan Vivitra?

Dus @ 1 vial @ 440 mg + 1 vial bwfi @ 20 ml, serbuk injeksi liofilisasi 440 mg

Berapa Nomor Izin BPOM Vivitra?

Setiap produk obat, suplemen, makanan, dan minuman yang beredar di Indonesia harus mendapatkan izin edar dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yaitu suatu Badan Negara yang memiliki fungsi melakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana produksi, melakukan pengambilan contoh produk, melakukan pengujian produk, dan memberikan sertifikasi terhadap produk. BPOM juga melakukan pengawasan terhadap produk sebelum dan selama beredar, serta memberikan sanksi administratif seperti dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita untuk dimusnahkan, bagi pihak yang melakukan pelanggaran. Berikut adalah izin edar dari BPOM yang dikeluarkan untuk produk Vivitra:

DKI1849100180A1

Apa Nama Perusahaan Produsen Vivitra?

Produsen obat (perusahaan farmasi) adalah suatu perusahaan atau badan usaha yang melakukan kegiatan produksi, penelitian, pengembangan produk obat maupun produk farmasi lainnya. Obat yang diproduksi bisa merupakan obat generik maupun obat bermerek. Perusahaan jamu adalah suatu perusahaan yang memproduksi produk jamu yakni suatu bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sari, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan. Baik perusahaan farmasi maupun perusahaan jamu harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Setiap perusahaan farmasi harus memenuhi syarat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), sedangkan perusahaan jamu harus memenuhi syarat CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) untuk dapat melakukan kegiatan produksinya agar produk yang dihasilkan dapat terjamin khasiat, keamanan, dan mutunya. Berikut ini nama perusahaan pembuat produk Vivitra:

Cadila Healthcare Limited

Pendaftar

Kimia Farma – Indonesia

Sekilas Tentang Kimia Farma
PT. Kimia Farma merupakan suatu perusahaan farmasi Indonesia yang menurut sejarahnya sudah ada sejak jaman Hindia-Belanda. Perusahaan ini berdiri pada 1817 yang pada awalnya perusahaan ini bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co yang kemudian oleh Pemerintah Indonesia dimasa awal kemerdekaan dinasionalisasi dan dilakukan peleburan dengan beberapa perusahaan farmasi lainnya pada 1958 yang kemudian namanya berubah menjadi PNF (Perusahaan Negara farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Pada 16 Agustus 1971, status PNF berubah menjadi PT dan namanya kembali mengalami perubahan menjadi PT. Kimia Farma (persero). Pada 4 Juli 2001, status PT. Kimia Farma berubah menjadi perusahaan publik seiring dengan pencatatan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (Saat ini menjadi Bursa Efek Indonesia) sehingga berubah namanya menjadi PT. Kimia Farma Tbk. Jumlah karyawan perusahaan ini diperkirakan mencapai 5.758 orang.

Perusahaan ini telah mengantongi berbagai sertifikat mutu seperti CPOB, ISO 9001, ISO 9002, ISO 14001, dan juga telah mendapatkan persetujuan dari US-FDA sehingga produk perusahaan ini bisa dipasarkan di Amerika Serikat.

PT. Kimia Farma memiliki beberapa fasilitas produksi yang terletak di berbagai daerah yang berbeda yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Sarolangun, Watukadon, dan Tanjung Morawa. Setiap fasilitas produksi memproduksi produk yang berbeda-beda.

Untuk pemasaran produk, PT. Kimia Farma melakukannya melalui anak perusahaannya bernama PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) yang memang dibentuk untuk pemasaran dan penjulan produk induk perusahaannya. Perusahaan ini memiliki 46 cabang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri.

Selain bergerak di bidang produksi produk obat dan farmasi, PT. Kimia Farma juga merambah bisnis apotek, laboratorium, dan klinik kesehatan. PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan yang didirikan untuk menjalankan dan mengelola bisnis apotek dan PT Kimia Farma Diagnostik untuk usaha laboratorium dan diagnostik. Baru-baru ini PT. Kimia Farma megakuisisi PT. Phapros, salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia.

Produk PT. Kimia Farma selain dijual di Indonesia juga diekspor ke berbagai negara di dunia. Beberapa produk yang dijual selain obat jadi dan sediaan farmasi, juga menjual bahan baku pembuatan obat seperti iodine dan quinine. Produk-produk tersebut diekpor ke beberapa negara seperti India, Jepang, Taiwan, New Zealand, dan negara-negara Eropa. Untuk produk kosmetik, produk PT. Kimia Farma telah berhasil menembus pasar Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Vietnam.