Cordizem

Apa Kandungan dan Komposisi Cordizem?

Kandungan dan komposisi produk obat maupun suplemen dibedakan menjadi dua jenis yaitu kandungan aktif dan kandungan tidak aktif. Kandungan aktif adalah zat yang dapat menimbulkan aktivitas farmakologis atau efek langsung dalam diagnosis, pengobatan, terapi, pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia.

Jenis yang kedua adalah kandungan tidak aktif atau disebut juga sebagai eksipien. Kandungan tidak aktif ini fungsinya sebagai media atau agen transportasi untuk mengantar atau mempermudah kandungan aktif untuk bekerja. Kandungan tidak aktif tidak akan menambah atau meningkatkan efek terapeutik dari kandungan aktif. Beberapa contoh dari kandungan tidak aktif ini antara lain zat pengikat, zat penstabil, zat pengawet, zat pemberi warna, dan zat pemberi rasa. Kandungan dan komposisi Cordizem adalah:

Diltiazem

Sekilas Tentang Diltiazem Pada Cordizem
Diltiazem adalah anggota kelompok obat yang dikenal sebagai benzotiazepin, yang merupakan kelas penghambat saluran kalsium, digunakan dalam pengobatan hipertensi, angina pectoris, dan beberapa jenis aritmia. Ini adalah obat anti-angina kelas 3, dan antidisritmia kelas IV. Ini memicu perubahan refleks simpatik yang sangat minimal.

Diltiazem adalah vasodilator kuat, meningkatkan aliran darah dan secara bervariasi menurunkan denyut jantung melalui depresi kuat konduksi nodus AV. Aktivitas farmakologinya agak mirip dengan verapamil

Diltiazem dimetabolisme oleh dan bertindak sebagai penghambat enzim CYP3A4.

Diltiazem relatif dikontraindikasikan dengan adanya sindrom sinus sakit, gangguan konduksi nodus atrioventrikular, bradikardia, gangguan fungsi ventrikel kiri, penyakit oklusi arteri perifer, penyakit paru obstruktif kronik, dan angina Prinzmetal.

Nama brand

  • Cardizem®

  • Cartia XT®

  • Tiazac®

  • Tiazac XC®

  • Tiamate®

  • Tildiem® khususnya di Eropa

  • Adizem®

  • Viazem

  • Dilatam®


Efek Terapi

Vasodilator kuat pembuluh koroner.

Vasodilator pembuluh perifer. Ini mengurangi resistensi perifer dan afterload.

Efek inotropik negatif. Diltiazem menyebabkan sedikit penurunan kontraktilitas dan mengurangi konsumsi oksigen miokard.

Efek kronotropik negatif. Diltiazem menyebabkan sedikit penurunan denyut jantung. Efek ini disebabkan oleh perlambatan nodus SA. Ini menghasilkan pengurangan konsumsi oksigen miokard.

Efek dromotropik negatif. Dengan memperlambat konduksi melalui nodus AV, diltiazem meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk setiap denyut. Hal ini menyebabkan konsumsi oksigen miokardium berkurang.

Efek dan Toksisitas Nonterapeutik: Refleks respons simpatik. Disebabkan oleh dilatasi perifer pembuluh darah dan mengakibatkan penurunan tekanan darah; respon bekerja untuk melawan efek inotropik, kronotropik dan dromotropik dari diltiazem. Hipotensi. Bradikardia. Pusing. Pembilasan.

Indikasi

Stabil (diinduksi oleh olahraga) Angina. Diltiazem meningkatkan aliran darah koroner dan menurunkan konsumsi oksigen miokard, akibat penurunan resistensi perifer, denyut jantung, dan kontraktilitas.

Varian Angina. Diltiazem efektif karena efek langsungnya pada dilatasi koroner.

Tidak stabil (preinfarction, crescendo) Angina. Diltiazem mungkin sangat efektif jika mekanisme yang mendasarinya adalah vasospasme. Takikardia supraventrikular. Diltiazem tampaknya sama efektifnya dengan verapamil dalam mengobati takikardia supraventrikular reentrant.

Fibrilasi atrium atau flutter.

Hipertensi. Karena efek vasodilatasinya, diltiazem berguna untuk mengobati hipertensi. Penghambat saluran kalsium dapat ditoleransi dengan baik, dan sangat efektif dalam mengobati hipertensi renin rendah.

Kontraindikasi dan Kewaspadaan

CHF. Pasien dengan penurunan fungsi ventrikel mungkin tidak dapat melawan efek inotropik dan kronotropik dari diltiazem, yang mengakibatkan penurunan fungsi yang lebih tinggi.

Nodus SA atau gangguan konduksi AV. Penggunaan diltiazem harus dihindari pada pasien dengan kelainan nodus SA atau AV, karena efek kronotropik dan dromotropik negatifnya Tekanan darah rendah. Pasien dengan tekanan darah sistolik di bawah 90 mm Hg tidak boleh diobati dengan diltiazem.

Sindrom Wolff-Parkinson-White. Diltiazem secara paradoks dapat meningkatkan laju ventrikel pada pasien dengan sindrom WPW karena jalur konduksi aksesori.

Interaksi Obat

Beta-blocker. I.V. diltiazem tidak boleh digunakan bersamaan dengan beta-blocker; dapat menyebabkan blok AV. kuinidin. Quinidine tidak boleh digunakan bersamaan dengan calcium channel blocker karena penurunan klirens kedua obat dan potensi efek farmakodinamik pada nodus SA dan AV. Miscellaneous Penghambatan enzim hati. Diltiazem dan verapamil menghambat enzim metabolisme obat di hati, mendorong kemungkinan interaksi obat.

Cordizem Obat Apa?


Apa Indikasi, Manfaat, dan Kegunaan Cordizem?

Indikasi merupakan petunjuk mengenai kondisi medis yang memerlukan efek terapi dari suatu produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) atau kegunaan dari suatu produk kesehatan untuk suatu kondisi medis tertentu. Cordizem adalah suatu produk kesehatan yang diindikasikan untuk:

Angina pektoris, meredakan serangan agina pada penderita variant angina.

Berapa Dosis dan Bagaimana Aturan Pakai Cordizem?

Dosis adalah takaran yang dinyatakan dalam satuan bobot maupun volume (contoh: mg, gr) produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) yang harus digunakan untuk suatu kondisi medis tertentu serta frekuensi pemberiannya. Biasanya kekuatan dosis ini tergantung pada kondisi medis, usia, dan berat badan seseorang. Aturan pakai mengacu pada bagaimana produk kesehatan tersebut digunakan atau dikonsumsi. Berikut ini dosis dan aturan pakai Cordizem:

Obat

4 x sehari 30 mg, bila perlu dapat ditingkatkan sampai dengan 360 mg perhari. Diberikan sebelum makan dan sebelum tidur.

Bagaimana Cara Pemberian Obat Cordizem?

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Apa Nama Perusahaan Produsen Cordizem?

Produsen obat (perusahaan farmasi) adalah suatu perusahaan atau badan usaha yang melakukan kegiatan produksi, penelitian, pengembangan produk obat maupun produk farmasi lainnya. Obat yang diproduksi bisa merupakan obat generik maupun obat bermerek. Perusahaan jamu adalah suatu perusahaan yang memproduksi produk jamu yakni suatu bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sari, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan. Baik perusahaan farmasi maupun perusahaan jamu harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Setiap perusahaan farmasi harus memenuhi syarat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), sedangkan perusahaan jamu harus memenuhi syarat CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) untuk dapat melakukan kegiatan produksinya agar produk yang dihasilkan dapat terjamin khasiat, keamanan, dan mutunya. Berikut ini nama perusahaan pembuat produk Cordizem:

Kimia Farma.

Sekilas Tentang Kimia Farma
PT. Kimia Farma merupakan suatu perusahaan farmasi Indonesia yang menurut sejarahnya sudah ada sejak jaman Hindia-Belanda. Perusahaan ini berdiri pada 1817 yang pada awalnya perusahaan ini bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co yang kemudian oleh Pemerintah Indonesia dimasa awal kemerdekaan dinasionalisasi dan dilakukan peleburan dengan beberapa perusahaan farmasi lainnya pada 1958 yang kemudian namanya berubah menjadi PNF (Perusahaan Negara farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Pada 16 Agustus 1971, status PNF berubah menjadi PT dan namanya kembali mengalami perubahan menjadi PT. Kimia Farma (persero). Pada 4 Juli 2001, status PT. Kimia Farma berubah menjadi perusahaan publik seiring dengan pencatatan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (Saat ini menjadi Bursa Efek Indonesia) sehingga berubah namanya menjadi PT. Kimia Farma Tbk. Jumlah karyawan perusahaan ini diperkirakan mencapai 5.758 orang.

Perusahaan ini telah mengantongi berbagai sertifikat mutu seperti CPOB, ISO 9001, ISO 9002, ISO 14001, dan juga telah mendapatkan persetujuan dari US-FDA sehingga produk perusahaan ini bisa dipasarkan di Amerika Serikat.

PT. Kimia Farma memiliki beberapa fasilitas produksi yang terletak di berbagai daerah yang berbeda yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Sarolangun, Watukadon, dan Tanjung Morawa. Setiap fasilitas produksi memproduksi produk yang berbeda-beda.

Untuk pemasaran produk, PT. Kimia Farma melakukannya melalui anak perusahaannya bernama PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) yang memang dibentuk untuk pemasaran dan penjulan produk induk perusahaannya. Perusahaan ini memiliki 46 cabang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri.

Selain bergerak di bidang produksi produk obat dan farmasi, PT. Kimia Farma juga merambah bisnis apotek, laboratorium, dan klinik kesehatan. PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan yang didirikan untuk menjalankan dan mengelola bisnis apotek dan PT Kimia Farma Diagnostik untuk usaha laboratorium dan diagnostik. Baru-baru ini PT. Kimia Farma megakuisisi PT. Phapros, salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia.

Produk PT. Kimia Farma selain dijual di Indonesia juga diekspor ke berbagai negara di dunia. Beberapa produk yang dijual selain obat jadi dan sediaan farmasi, juga menjual bahan baku pembuatan obat seperti iodine dan quinine. Produk-produk tersebut diekpor ke beberapa negara seperti India, Jepang, Taiwan, New Zealand, dan negara-negara Eropa. Untuk produk kosmetik, produk PT. Kimia Farma telah berhasil menembus pasar Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Vietnam.