Clinovir


CLINOVIR®
TABLET

Apa Kandungan dan Komposisi Clinovir?

Kandungan dan komposisi produk obat maupun suplemen dibedakan menjadi dua jenis yaitu kandungan aktif dan kandungan tidak aktif. Kandungan aktif adalah zat yang dapat menimbulkan aktivitas farmakologis atau efek langsung dalam diagnosis, pengobatan, terapi, pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia.

Jenis yang kedua adalah kandungan tidak aktif atau disebut juga sebagai eksipien. Kandungan tidak aktif ini fungsinya sebagai media atau agen transportasi untuk mengantar atau mempermudah kandungan aktif untuk bekerja. Kandungan tidak aktif tidak akan menambah atau meningkatkan efek terapeutik dari kandungan aktif. Beberapa contoh dari kandungan tidak aktif ini antara lain zat pengikat, zat penstabil, zat pengawet, zat pemberi warna, dan zat pemberi rasa. Kandungan dan komposisi Clinovir adalah:


CLlNOVIR®  200
Tiap tablet mengandung acyclovir 200 mg.

CLlNOVIR®  400
Tiap tablet mengandung acyclovir 400 mg.

CARA KERJA OBAT
Acyclovir merupakan analog nukleasida purin sintetik dengan aktivitas inhibisi virus herpes human in vitro dan in vivo, termasuk virus Herpes simplex (HSV) type 1 dan 2, virus Varicella zoster (VZV), virus Epstein Barr (EBV) dan Cytomegalovirus (CMV). Aktivitas inhibisi acyclovir terhadap virus-virus tersebut di atas bersifat sangat selektif. Enzim timidin kinase (TK) dari sel normal, tidak terinfeksi, tidak menggunakan acyclovir secara efektif sebagai substrat, oleh karena itu toksisitas terhadap sel hospes mamalia rendah; tetapi TK yang disandikan oleh HSV, VZV dan EBV mengubah acyclovir menjadi acyclovir monofosfat, suatu analog nukleosida, yang kemudian diubah oleh enzim sel menjadi difosfat dan akhirnya menjadi trifosfat.
Acyclovir trifosfat mengganggu polimerase DNA virus dan menghambat replikasi DNA virus dengan akibat berakhirnya rantai reaksi setelah masuknya acyclovir trifosfat ke dalam DNA virus.

Sekilas Tentang Aciclovir (Acyclovir) Pada Clinovir
Aciclovir / Acyclovir adalah suatu zat yang digolongkan dalam kelompok obat antivirus. Aciclovir biasa digunakan dalam terapi pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh virus herpes simplex, cacar air, dan herpes zoster. Selain itu aciclovir juga digunakan dalam terapi pencegahan infeksi virus cytomegalovirus.

Keefektifan aciclovir dalam melawan virus EBV (Epstein-Barr Virus) belum sepenuhnya diketahui walaupun pada tahun 2016 ditemukan bukti bahwa baik valaciclovir maupun aciclovir mampu menghambat replikasi DNA virus, namun bukti itu masih minim dan dapat menimbulkan efek resisten virus terhadap antivirus tersebut. Dalam kasus infeksi herpes mata, aciclovir lebih efektif dan lebih aman dibandingkan dengan idoxuridine, suatu antivirus yang biasa digunakan dalam pengobatan herpes.

Pemberian aciclovir secara intravena diketahui efektif dalam mengobati penyakit yang diakibatkan oleh beberapa varian virus herpes termasuk penyakit herpes genital, radang otak akibat virus herpes simplex, eksim herpeticum, dan meningitis akibat virus herpes simplex. Selain intravena, rute pemberian aciclovir dilakukan melalui oral (mulut), topikal, dan salep mata.

Efek samping yang umum terjadi akibat penggunaan aciclovir meliputi mual dan diare. Efek samping yang lebih serius antara lain gangguan ginjal dan turunnya kadar trombosit dalam darah

Untuk menghasilkan efek antivirus, aciclovir dikonversi oleh enzim thymidine kinase menjadi aciclovir monophosphate yang kemudian dikonversi lagi oleh enzim kinase menjadi aciclovir triphosphate yang pada gilirannya menghambat jalur substansi kimia yang terlibat dalam replikasi DNA virus. Hal tersebut akan menonaktifkan DNA polymerase virus herpes simplex dan mencegahnya mengalami sintesa DNA tanpa berpengaruh pada proses normal sel.

Aciclovir memiliki kadar sitotoksisitas (mengakibatkan racun atau toksik bagi sel) yang rendah. Aciclovir pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 1970 yang awalnya bermula dari nukleosida yang diisolasi dari spons Karibia, Cryptotethya crypta, yang menjadi dasar untuk sintesis dari aciclovir. Aciclovir ditemukan oleh Howard Schaffer setelah penelitiannya dengan Robert Vince (seorang ilmuwan Amerika Serikat yang berkontribusi dalam penemuan abacavir, antivirus untuk pengobatan HIV), S. Bittner dan S. Gurwara mengenai analog adenosin acycloadenosine yang menunjukkan aktivitas antivirus. Kemudian, Schaffer bergabung dengan Burroughs Wellcome dan melanjutkan pengembangan aciclovir dengan ahli farmakologi Gertrude B. Elion. Paten aciclovir di Amerika Serkat diterbitkan pada tahun 1979. Aciclofir pertama kali dijual dengan nama brand Zovirax.

Oleh FDA, tingkat keamanan penggunaan aciclovir pada wanita hamil masuk dalam kategori B. Penggunaan aciclovir oleh wanita yang sedang menyusui sebaiknya dihindari atau berhati-hati, sebab aciclovir diekresi atau masuk ke dalam ASI.

Clinovir Obat Apa?


Apa Indikasi, Manfaat, dan Kegunaan Clinovir?

Indikasi merupakan petunjuk mengenai kondisi medis yang memerlukan efek terapi dari suatu produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) atau kegunaan dari suatu produk kesehatan untuk suatu kondisi medis tertentu. Clinovir adalah suatu produk kesehatan yang diindikasikan untuk:

  • Pengobatan infeksi virus Herpes simplex pada kulit dan membran mukosa, termasuk infeksi Herpes genitalis inisial dan rekurens
  • Mencegah kambuhnya (supresi) infeksi Herpes simplex rekurens pada penderita dengan immune competent
  • Mencegah infeksi Herpes simplex pada penderita immune compromised
  • Pengobatan infeksi Herpes zoster (shingles)

Apa Saja Kontraindikasi Clinovir?

Kontraindikasi merupakan suatu petunjuk mengenai kondisi-kondisi dimana penggunaan obat tersebut tidak tepat atau tidak dikehendaki dan kemungkinan berpotensi membahayakan jika diberikan. Pemberian Clinovir dikontraindikasikan pada kondisi-kondisi berikut ini:


Penderita yang hipersensitif terhadap acyclovir.

Apa saja Peringatan dan Perhatian Penggunaan Clinovir?

  • Hati-hati bila diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal dan penderita lanjut usia dengan kelainan creatinine clearance
  • Pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus dilakukan dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan manfaat potensialnya dibandingkan dengan setiap resiko yang mungkin timbul


Pertanyaan yang Sering Diajukan

Apakah Aman Menggunakan Clinovir Saat Mengemudi atau Mengoperasikan Mesin?

Jika Anda mengalami gejala efek samping seperti mengantuk, pusing, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan, jantung berdebar, dan lain-lain setelah menggunakan Clinovir, yang dapat mempengaruhi kesadaran atau kemampuan dalam mengemudi maupun mengoperasikan mesin, maka sebaiknya Anda menghindarkan diri dari aktivitas-aktivitas tersebut selama penggunaan dan konsultasikan dengan dokter Anda.

Bagaimana Jika Saya Lupa Menggunakan Clinovir?

Jika Anda lupa menggunakan Clinovir, segera gunakan jika waktunya belum lama terlewat, namun jika sudah lama terlewat dan mendekati waktu penggunaan berikutnya, maka gunakan seperti dosis biasa dan lewati dosis yang sudah terlewat, jangan menggandakan dosis untuk mengganti dosis yang terlewat. Pastikan Anda mencatat atau menyalakan pengingat untuk mengingatkan Anda mengenai waktu penggunaan obat agar tidak terlewat kembali.

Apakah Saya Dapat Menghentikan Penggunaan Clinovir Sewaktu-waktu?

Beberapa obat harus digunakan sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan melebih atau mengurangi dosis obat yang diberikan oleh dokter secara sepihak tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan sebagainya harus digunakan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah resistensi dari bakteri, virus, maupun jamur terhadap obat tersebut. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Jangan menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter, karena beberapa obat memiliki efek penarikan jika penghentian dilakukan secara mendadak. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Bagaimana Cara Penyimpanan Clinovir?

Setiap obat memiliki cara penyimpanan yang berbeda-beda, cara penyimpanan dapat Anda ketahui melalui kemasan obat. Pastikan Anda menyimpan obat pada tempat tertutup, jauhkan dari panas maupun kelembapan. Jauhkan juga dari paparan sinar Matahari, jangkauan anak-anak, dan jangkauan hewan.

Bagaimana Penanganan Clinovir yang Sudah Kedaluwarsa?

Jangan membuang obat kedaluwarsa ke saluran air, tempat penampungan air, maupun toilet, sebab dapat berpotensi mencemari lingkungan. Juga jangan membuangnya langsung ke tempat pembuangan sampah umum, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat. Hubungi Dinas Kesehatan setempat mengenai cara penangangan obat kedaluwarsa.


Apa Efek Samping Clinovir?

Efek Samping merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dari suatu obat. Efek samping ini dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada pada kondisi penyakit, usia, berat badan, jenis kelamin, etnis, maupun kondisi kesehatan seseorang. Efek samping Clinovir yang mungkin terjadi adalah:

  • Ruam kulit yang menghilang setelah pengobatan dihentikan
  • Kadang-kadang dijumpai reaksi neurologis yang reversibel, yang biasanya terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal atau faktor predisposisi lainnya
  • Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare, sakit perut
  • Peningkatan bilirubin dan enzim-enzim yang berhubungan dengan hati, peningkatan kadar urea dan kreatinin dalam darah, penurunan pada indeks hematologik, sakit kepala, rasa lelah dan reaksi neurologik yang ringan dan reversibel

Apa Saja Interaksi Obat Clinovir?

Interaksi obat merupakan suatu perubahan aksi atau efek obat sebagai akibat dari penggunaan atau pemberian bersamaan dengan obat lain, suplemen, makanan, minuman, atau zat lainnya. Interaksi obat Clinovir antara lain:


Probenecid meningkatkan waktu paruh rata-rata acyclovir dan daerah di bawah kurva konsentrasi plasma.

Dosis DAN CARA PEMBERIAN
Dosis pada orang dewasa
Untuk pengobatan infeksi herpes simplex, diberikan acyclovir 5 x 200 mg/hari dengan selang waktu 4 jam (dosis malam hari ditiadakan).

Pengobatan diberikan selama 5 hari, tetapi untuk infeksi inisial yang berat, lama pengobatan dapat diperpanjang. Pengobatan harus dilakukan sedini mungkin, setelah timbulnya infeksi. Untuk episode rekurensi sebaiknya diberikan pada periode prodromal atau pada awal timbulnya lesi.

Untuk menekan infeksi Herpes simplex pada penderita dengan immune competent diberikan acyclovir 4 x 200 mg/hari dengan selang waktu 6 jam. Kebanyakan penderita lebih menyukai pemberian acyclovir 2 x 400 mg/hari dengan selang waktu 12 jam. Pengobatan harus dihentikan secara periodik dengan selang waktu 6 –
12 bulan, untuk mengamati kemungkinan terjadinya perubahan riwayat penyakit alamiah.

Pada penderita immune compromised yang berat (misalnya setelah transplantasi sumsum tulang) atau pada penderita dengan gangguan absorpsi, dosis dapat dilipatgandakan menjadi 400 mg, Lama pemberian profilaktik ditentukan berdasarkan lamanya periode resiko tertular penyakit.

Untuk pengobatan infeksi Herpes zoster diberikan acyclovir 5 x 800 mg/hari dengan selang waktu 4 jam (dosis malam hari ditiadakan), Pengobatan diberikan selama 7 hari.
Pengobatan harus dilakukan sedini mungkin setelah timbulnya infeksi. Hasil pengobatan akan lebih baik bila pengobatan diberikan segera setelah timbul warna kulit.

Dosis pada anak-anak
Untuk pengobatan infeksi Herpes simplex dan untuk pencegahan infeksi Herpes simplex pada penderita immune compromised.
Anak-anak:

  • Usia diatas 2 tahun diberikan acyclovir dengan dosis dewasa
  • Usia dibawah 2 tahun diberikan acyclovir ½ dosis dewasa

Tidak tersedia data supresi infeksi Herpes simplex pada anak-anak immune competent.
Tidak ada data tentang supresi infeksi Herpes simplex atau pengobatan infeksi Herpes zoster pada anak-anak immune competent.
Dosis pada penderita lanjut usia
Dosis acyclovir pada penderita lanjut usia dengan gangguan fungsi ginjal harus dikurangi.

Dosis pada penderita gangguan ginjal
Untuk penderita Herpes simplex dengan gangguan fungsi ginjal yang berat (creatinine clearance lebih kecil dari 10 ml/menit) dianjurkan penyesuaian dosis acyclovir menjadi 2 x 200 mg/hari dengan selang waktu 12 jam.
Pada penanganan infeksi Herpes zoster, dianjurkan penyesuaian dosis menjadi:

  • 2 x 800 mg/hari dengan selang waktu 12 jam untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat (creatinine clearance lebih kecil dari 10 ml/menit)
  • 3 x 800 mg/hari dengan selang waktu 8 jam untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang moderat (creatinine clearance 10 – 25 ml/menit)

Izin, Kemasan & Sediaan Clinovir


CLlNOVIR®  200
Dus berisi 3 blister @ 10 tablet
No. Reg. DKL9321614310A1

CLlNOVIR®  400
Dus berisi 3 blister@ 10 tablet
No. Reg. DKL9321614310B1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Simpan di tempat kering dengan temperatur tidak lebih dari 25 °C.

Apa Nama Perusahaan Produsen Clinovir?

Produsen obat (perusahaan farmasi) adalah suatu perusahaan atau badan usaha yang melakukan kegiatan produksi, penelitian, pengembangan produk obat maupun produk farmasi lainnya. Obat yang diproduksi bisa merupakan obat generik maupun obat bermerek. Perusahaan jamu adalah suatu perusahaan yang memproduksi produk jamu yakni suatu bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sari, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan. Baik perusahaan farmasi maupun perusahaan jamu harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Setiap perusahaan farmasi harus memenuhi syarat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), sedangkan perusahaan jamu harus memenuhi syarat CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) untuk dapat melakukan kegiatan produksinya agar produk yang dihasilkan dapat terjamin khasiat, keamanan, dan mutunya. Berikut ini nama perusahaan pembuat produk Clinovir:


PHAROS
Jakarta – Indonesia

Pharos merupakan suatu perusahaan farmasi besar di Indonesia yang didirikan pada 30 September 1971 oleh Drs. Eddie Lembong Apt. Nama Pharos sendiri diambil dari nama suatu mercusuar di Alexandria, Mesir. Perusahaan ini bergerak di banyak lini usaha sehingga membentuk sekira 17 perusahaan yang masing-masing perusahaan berfokus pada lini usahanya masing-masing. Semua perusahaan itu bergabung dalam suatu group usaha bernama Pharos Group. Beberapa perusahaan itu seperti Faratu Medika Laboratories (industri kosmetik), Century Franchisindo Utama (franchise apotek Century), Nutrindo Jaya Abadi (marketing produk farmasi), dan lain-lain.

Pharos memiliki banyak produk terkenal dan jangkauan pemasarannya telah meluas hingga ke negara-negara Asia Tenggara seperti Kamboja, Vietnam, Malaysia, Filipina, bahkan fasilitas produknya selain di Indonesia juga telah ada di Singapura dan Vietnam. Perusahaan ini telah mengantongi sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan juga sertifikat ISO 9001/2000.