Trinolon


Apa Kandungan dan Komposisi Trinolon?

Kandungan dan komposisi produk obat maupun suplemen dibedakan menjadi dua jenis yaitu kandungan aktif dan kandungan tidak aktif. Kandungan aktif adalah zat yang dapat menimbulkan aktivitas farmakologis atau efek langsung dalam diagnosis, pengobatan, terapi, pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia.

Jenis yang kedua adalah kandungan tidak aktif atau disebut juga sebagai eksipien. Kandungan tidak aktif ini fungsinya sebagai media atau agen transportasi untuk mengantar atau mempermudah kandungan aktif untuk bekerja. Kandungan tidak aktif tidak akan menambah atau meningkatkan efek terapeutik dari kandungan aktif. Beberapa contoh dari kandungan tidak aktif ini antara lain zat pengikat, zat penstabil, zat pengawet, zat pemberi warna, dan zat pemberi rasa. Kandungan dan komposisi Trinolon adalah:

Tiap tablet mengandung:

Triamcinolone 4 mg

Bagaimana Farmakologi Trinolon?

Triamcinolone bekerja terutama sebagai glukokortikoid dan mempunyai daya antiinflamasi yang kuat, mempunyai efek hormonal dan metabolik seperti kortison. Aktivitas glukokortikoid menyebabkan peningkatan glukoneogenesis dan penurunan penggunaan glukosa secara efektif di dalam jaringan . Katabolisme protein dipercepat dan sintesis dari protein makanan diturunkan meskipun efek keseluruhan pada keseimbangan nitrogen tergantung pada faktor lain termasuk diet, dosis dan lama pengobatan.

Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortison), yang juga bersifat meretensi garam, digunakan sebagai terapi pengganti pada kondisi defisiensi adrenokortikal. Triamcinolone berbeda dengan glukokortikoid alami, yaitu dalam hal efek antiinflamasi dan glukoneogenesis yang lebih besar dan sifat meretensi garamnya yang lebih sedikit.

Farmakokinetik

Triamcinolone diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian dosis oral. Konsentrasi puncak setelah pemberian oral dicapai dalam waktu 1-2 jam. Triamcinolone terikat albumin plasma lebih sedikit dari pada hidrokortison. Triamcinolone dapat melewati plasenta. Waktu paruh plasma sekitar 5 jam dan waktu paruh biologis adalah 18-36 jam.

Trinolon Obat Apa?


Apa Indikasi, Manfaat, dan Kegunaan Trinolon?

Indikasi merupakan petunjuk mengenai kondisi medis yang memerlukan efek terapi dari suatu produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) atau kegunaan dari suatu produk kesehatan untuk suatu kondisi medis tertentu. Trinolon adalah suatu produk kesehatan yang diindikasikan untuk:

Pengobatan pada kondisi berikut:

  • Gangguan endokrin
    Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder (hidrokortison atau kortison merupakan obat pilihan meskipun analog sintetiknya dapat digunakan bersamaan dengan mineralokortikoid pada kondisi yang cocok, suplementasi mineralokortikoid penting untuk mengobati bayi dengan kondisi ini); hiperplasia adrenal kongenital, tiroiditis nonsupuratif, dan hiperkalsemia yang berhubungan dengan kanker
  • Gangguan rematik
    Sebagai terapi tambahan untuk pemberian jangka pendek (membantu pasien melalui episode akut atau eksaserbasi) pada artritis psoriasis, artritis reumatoid (untuk kasus tertentu memerlukan terapi dengan dosis pemeliharaan rendah); ankylosing spondylitis; bursitis akut dan subakut, tenosinovitis akut nonspesifik; gouty arthritis akut; post traumatic osteoarthritis; sinovitis pada osteoartritis; dan epikondilitis
  • Penyakit kolagen
    Digunakan pada saat eksaserbasi atau sebagai terapi pemeliharaan pada kasus tertentu systemic lupus erythematosus dan reumatik karditis akut
  • Penyakit dermatologi
    Pemfigus, bullous dermatitis herpetiformis, erythema multiforme yang berat (sindrom Steven-Johnson), dermatitis eksfoliatif, mycosis fungoides dan psoriasis berat
  • Keadaan alergi
    Untuk mengontrol seasonal atau perennial allergic rhinitis, asma bronkial, dermatitis kontak, atopik dermatitis, serum sickness, angioedema dan urtikaria berat (tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari) dan tidak berhasil diatasi dengan pengobatan konvensional yang adekuat
  • Penyakit mata
    Alergi akut dan kronik yang berat dan proses inflamasi pada mata dan bagian mata yang lain, seperti konjungtivitis alergi, keratitis, allergic corneal marginal ulcers, herpes zoster, ophthalmicus, iritis dan iridocyclitis, choriorenitis, inflamasi segmen anterior, diffuse posterior uveitis dan choroiditis, optic neuritis dan sympathetic ophthalmia
  • Penyakit pernafasan
    Sarkoidosis simtomatik, sindrom Loeffler.s yang tidak dapat ditangani dengan cara lain, beriliosis, tuberkulosis paru fulminan atau meyebar ketika secara bersamaan dilakukan kemoterapi antituberkulosis, emfisema pulmonari di mana bronkospasme atau bronchial edema mempunyai peran yang signifikan dan diffuse interstitial pulmonary fibrosis (sindrom Hamman-Rich)
  • Gangguan hematologi
    Idiopatik dan trombositopenia sekunder pada orang dewasa, acquired (auto- immune) hemolytic anemia, eritroblastopenia (RBC anemia) dan anemia hipoplastik kongenital (erythroid)
  • Penyakit neoplastik
    Untuk penatalaksanaan paliatif leukemia dan limfoma pada dewasa dan leukemia akut pada anak-anak. Keadaan edema Untuk merangsang diuresis atau remisi proteinuria pada sindrom nefrotik (non-uremic, tipe idiopatik atau yang disebabkan oleh lupus erythematosus) dan digunakan bersama dengan obat-obat diuretik, untuk merangsang diuresis pada gagal jantung kongestif yang refrakter dan sirosis hati dengan asites refrakter
  • Penyakit gastrointestinal
    Untuk membantu pasien melalui masa kritis penyakit ulcerative colitis, regional enteritis dan sariawan (sprue) yang sulit disembuhkan
  • Lain-lain
    Reaksi inflamasi pasca operasi gigi dan meningitis tuberkulosis dengan blok subarachnoid atau blok yang terjadi jika diberikan bersamaan dengan kemoterapi antituberkulosis

Apa Saja Kontraindikasi Trinolon?

Kontraindikasi merupakan suatu petunjuk mengenai kondisi-kondisi dimana penggunaan obat tersebut tidak tepat atau tidak dikehendaki dan kemungkinan berpotensi membahayakan jika diberikan. Pemberian Trinolon dikontraindikasikan pada kondisi-kondisi berikut ini:

Pasien dengan infeksi jamur sistemik. ยท Pasien yang hipersensitif terhadap obat atau komponennya.

Berapa Dosis dan Bagaimana Aturan Pakai Trinolon?

Dosis adalah takaran yang dinyatakan dalam satuan bobot maupun volume (contoh: mg, gr) produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) yang harus digunakan untuk suatu kondisi medis tertentu serta frekuensi pemberiannya. Biasanya kekuatan dosis ini tergantung pada kondisi medis, usia, dan berat badan seseorang. Aturan pakai mengacu pada bagaimana produk kesehatan tersebut digunakan atau dikonsumsi. Berikut ini dosis dan aturan pakai Trinolon:

Dosis awal tablet triamcinolone dapat bervariasi dari 4-48 mg/hari tergantung dari penyakit spesifik tertentu yang sedang diobati. Pada kondisi yang tidak begitu berat, dosis yang lebih rendah umumnya cukup, sedangkan untuk pasien tertentu mungkin diperlukan dosis awal yang lebih tinggi. Dosis awal harus dipertahankan atau disesuaikan sampai dicapai respon yang memuaskan. Jika setelah beberapa waktu respon klinis yang didapat kurang memuaskan, kortikosteroid harus dihentikan dan diganti dengan terapi lain yang tepat. Harus ditegaskan bahwa dosis yang dibutuhkan bersifat variabel dan harus disesuaikan secara individual tergantung penyakit yang diobati dan respon pasien.

Untuk bayi dan anak-anak:

Dosis yang direkomendasikan harus diatur dengan pertimbangan yang sama seperti di atas dari pada dengan aturan yang ketat terhadap rasio usia atau berat badan. Setelah dicapai respon yang baik, harus ditentukan dosis pemeliharaan yang tepat dengan cara penurunan dosis awal dengan sedikit penambahan pada interval waktu yang tepat sampai tercapai dosis terendah yang dapat mempertahankan respon klinik adekuat yang telah dicapai.

Harus selalu diingat bahwa monitoring dosis obat harus selalu dilakukan. Penyesuaian dosis diperlukan jika terdapat perubahan pada status klinis pasien, respon individu pasien erubah atau pasien dalam kondisi yang penuh tekanan yang tidak berhubungan langsung dengan penyakit yang sedang diobati. Pada situasi ini mungkin perlu untuk meningkatkan dosis triamcinolone selama periode waktu yang sesuai dengan kondisi pasien. Jika setelah terapi jangka panjang obat dihentikan, dianjurkan penghentian obat dilakukan secara gradual bukan dengan tiba-tiba. Terapi hormon merupakan terapi tambahan dan tidak untuk mengganti terapi konvensional.

Untuk mengganti pengobatan pasien dari kortikosteroid lain:

Triamcinolone 4 mg pada awal pemberian sebagai pengganti cortisone 25 mg, hydrocortisone 20 mg, prednisone 5 mg, prednisolone 5 mg, methylprednisolone 4 mg, dexamethasone 0,75 mg, betamethasone 0,6 mg and paramethasone 2 mg. Setelah itu, dosis harus disesuaikan menurut respon individu.

Apa saja Peringatan dan Perhatian Penggunaan Trinolon?

Peringatan

  • Penggunaan pada wanita hamil dan menyusui:
    • Karena studi reproduksi manusia yang adekuat belum dilakukan dengan kortikosteroid, penggunaan obat ini pada wanita hamil, ibu menyusui atau wanita usia subur harus mempertimbangkan keuntungan dari penggunaan obat dibanding dengan potensi bahaya bagi ibu, embrio, fetus atau bayi yang menyusu
    • Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mendapat obat kortikosteroid selama hamil, harus diamati dengan hati-hati terhadap timbulnya tanda-tanda hipoadrenalisme
  • Pada pasien yang mendapat terapi kortikosteroid karena stres yang tidak biasa, diindikasikan peningkatan dosis kortikosteroid kerja cepat sebelum, selama dan setelah kondisi stres
  • Kortikosteroid dapat menutupi beberapa gejala infeksi dan infeksi baru dapat muncul selama penggunaannya
  • Ketika kortikosteroid digunakan dapat terjadi penurunan resistensi dan ketidakmampuan untuk melokalisir infeksi. Jika selama terapi kortikosteroid terjadi infeksi, hal tersebut harus segera dikontrol dengan terapi antimikroba yang sesuai
  • Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menimbulkan posterior subcapsular cataracts, glaukoma yang dapat menimbulkan kerusakan pada saraf optik dan dapat meningkatkan infeksi okular sekunder yang disebabkan oleh jamur atau virus
  • Retensi garam dan air sebagaimana juga peningkatan ekskresi kalium dapat terjadi, meskipun jarang terjadi pada derivat sintesis seperti triamcinolone dibanding hidrokortison atau kortison, kecuali jika digunakan pada dosis besar. Diet garam dan suplementasi kalium diperlukan. Semua kortikosteroid meningkatkan ekskresi kalium
  • Pada saat terapi kortikosteroid, pasien tidak boleh divaksinasi cacar air. Prosedur imunisasi yang lain tidak boleh dilakukan pada pasien yang mendapat kortikosteroid, khususnya pada dosis tinggi, karena kemungkinan bahaya komplikasi neurologi dan berkurangnya respon antibodi
  • Penggunaan triamcinolone pada tuberkulosis aktif harus dibatasi pada kasus-kasus tuberkulosis yang fulminan atau yang menyebar di mana kortikosteroid digunakan untuk penatalaksanaan penyakit bersamaan dengan regimen antituberkulosis yang tepat
  • Jika kortikosteroid diindikasikan untuk pasien dengan tuberkulosis laten atau reaktivasi tuberkulin, perlu dilakukan observasi yang ketat karena dapat terjadi reaktivasi penyakit. Selama terapi kortikosteroid jangka panjang, pasien harus mendapat kemoterapi
  • Triamcinolone dosis besar mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menimbulkan miopati proksimal

Perhatian

  • Seperti pada semua kortikosteroid, pasien harus diamati peningkatan berat badannya, edema, hipertensi, dan ekskresi kalium yang berlebihan, seperti adanya tanda efek samping steroid adrenokortikal yang kurang jelas. Asupan protein yang banyak penting selama terapi jangka panjang
  • Insufisiensi adrenokortikal sekunder yang diinduksi obat dapat diminimalkan dengan cara mengurangi dosis secara perlahan-lahan. Tipe insufisiensi relatif ini dapat menetap selama berbulan-bulan setelah penghentian terapi. Oleh karena itu, pada setiap situasi stres (seperti trauma, pembedahan atau penyakit berat) yang terjadi selama periode itu, harus dilakukan terapi hormone kembali. Karena sekresi mineralokortikoid dapat terganggu, garam dan/atau mineralokortikoid harus dihentikan secara bersamaan
  • Ada peningkatan efek kortikosteroid pada pasien hipotiroidisme dan sirosis
  • Kortikosteroid harus diberikan secara hati-hati pada pasien ocular herpes simplex karena kemungkinan dapat menimbulkan perforasi kornea
  • Harus digunakan dosis terendah kortikosteroid yang mungkin untuk mengontrol kondisi yang diobati. Jika memungkinkan dilakukan pengurangan dosis secara gradual
  • Gangguan psikis dapat terjadi ketika kortikosteroid digunakan, mulai dari euforia, insomnia, mood swings, perubahan kepribadian, dan depresi berat, sampai manifestasi psikosis yang jelas. Ketidakstabilan emosi yang sudah ada atau tendensi psikotik dapat diperburuk oleh kortikosteroid
  • Pemberian secara bersamaan salisilat dengan kortikosteroid harus hati-hati pada hipoprotrombinemia
  • Kortikosteroid harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan ulcerative colitis yang tidak spesifik jika terdapat kemungkinan terjadi perforasi, abses atau infeksi piogenik lain. Kortikosteroid juga harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan diverkulitis, fresh intestinal anastomoses, ulkus peptikum aktif atau laten, insufisiensi ginjal, hipertensi, osteoporosis, glomerulonefritis akut, vaccinia, varicella, exanthema, sindrom Cushing, infeksi resisten antibiotik, diabetes melitus, gagal jantung kongestif, nefritis kronik, kecenderungan tromboembolik, tromboflebitis, gangguan konvulsi, kanker metastase dan myasthenia gravis
  • Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak pada terapi kortikosteroid jangka panjang harus diamati dengan hati-hati
  • Ketidakteraturan menstruasi dapat terjadi dan kemungkinan ini harus dijelaskan kepada pasien wanita past menarche
  • Triamcinolone, seperti glukokortikoid lain, dapat memperburuk diabetes sehingga diperlukan insulin atau obat hipoglikemik dengan dosis yang lebih tinggi. Triamcinolone dapat mencetuskan manifestasi diabetes melitus laten. Setelah penghentian terapi kortikosteroid, perlu dilakukan pengawasan lebih lanjut pada pasien karena terdapat kemungkinan manifestasi berat dari penyakit yang diobati muncul kembali secara tiba-tiba pada pasien yang dirawat


Pertanyaan yang Sering Diajukan

Apakah Aman Menggunakan Trinolon Saat Mengemudi atau Mengoperasikan Mesin?

Jika Anda mengalami gejala efek samping seperti mengantuk, pusing, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan, jantung berdebar, dan lain-lain setelah menggunakan Trinolon, yang dapat mempengaruhi kesadaran atau kemampuan dalam mengemudi maupun mengoperasikan mesin, maka sebaiknya Anda menghindarkan diri dari aktivitas-aktivitas tersebut selama penggunaan dan konsultasikan dengan dokter Anda.

Bagaimana Jika Saya Lupa Menggunakan Trinolon?

Jika Anda lupa menggunakan Trinolon, segera gunakan jika waktunya belum lama terlewat, namun jika sudah lama terlewat dan mendekati waktu penggunaan berikutnya, maka gunakan seperti dosis biasa dan lewati dosis yang sudah terlewat, jangan menggandakan dosis untuk mengganti dosis yang terlewat. Pastikan Anda mencatat atau menyalakan pengingat untuk mengingatkan Anda mengenai waktu penggunaan obat agar tidak terlewat kembali.

Apakah Saya Dapat Menghentikan Penggunaan Trinolon Sewaktu-waktu?

Beberapa obat harus digunakan sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan melebih atau mengurangi dosis obat yang diberikan oleh dokter secara sepihak tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan sebagainya harus digunakan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah resistensi dari bakteri, virus, maupun jamur terhadap obat tersebut. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Jangan menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter, karena beberapa obat memiliki efek penarikan jika penghentian dilakukan secara mendadak. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Bagaimana Cara Penyimpanan Trinolon?

Setiap obat memiliki cara penyimpanan yang berbeda-beda, cara penyimpanan dapat Anda ketahui melalui kemasan obat. Pastikan Anda menyimpan obat pada tempat tertutup, jauhkan dari panas maupun kelembapan. Jauhkan juga dari paparan sinar Matahari, jangkauan anak-anak, dan jangkauan hewan.

Bagaimana Penanganan Trinolon yang Sudah Kedaluwarsa?

Jangan membuang obat kedaluwarsa ke saluran air, tempat penampungan air, maupun toilet, sebab dapat berpotensi mencemari lingkungan. Juga jangan membuangnya langsung ke tempat pembuangan sampah umum, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat. Hubungi Dinas Kesehatan setempat mengenai cara penangangan obat kedaluwarsa.


Apa Efek Samping Trinolon?

Efek Samping merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dari suatu obat. Efek samping ini dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada pada kondisi penyakit, usia, berat badan, jenis kelamin, etnis, maupun kondisi kesehatan seseorang. Efek samping Trinolon yang mungkin terjadi adalah:

Pasien yang mendapat kortikosteroid harus diamati secara ketat terhadap efek samping di bawah ini yang mungkin berhubungan dengan terapi kortikosteroid:

Gangguan cairan dan elektrolit

Retensi natrium, retensi cairan, gagal jantung kongestif pada pasien yang rentan, kehilangan kalium, alkalosis hipokalemia, dan hipertensi.

Muskuloskeletal

Kelemahan otot, fatigue, miopati steroid, kehilangan massa otot, osteoporosis, vertebral compression fracture, nekrosis aseptik kaput tulang paha dan humerus, fraktur patologi dari tulang panjang dan fraktur spontan.

Gastrointestinal

Ulkus peptikum dengan kemungkinan diikuti perforasi dan perdarahan, pankreatitis, distensi abdomen dan ulcerative esophagitis.

Dermatologi

Gangguan penyembuhan luka, kulit yang rapuh dan tipis, ptechiae dan ekimosis, eritema wajah, berkeringat berlebihan, atrofi lemak subkutan, purpura, striae, hiperpigmentasi, hirsutisme, erupsi jerawat, dan ditekannya reaksi terhadap tes alergi.

Neurologi

Konvulsi, peningkatan tekanan intrakranial dengan papiledema (pseudotumor cerebri) biasanya setelah pengobatan, vertigo, sakit kepala dan memburuknya kondisi psikiatrik yang sudah ada.

Endokrin

Ketidakteraturan menstruasi, timbulnya keadaan chusingoid, supresi pertumbuhan pada anak, tidak beresponnya adrenokortikal dan pituitari sekunder, khususnya pada waktu stres (contohnya trauma, pembedahan atau kondisi sakit), penurunan toleransi karbohidrat, manifestasi diabetes melitus laten dan peningkatan kebutuhan insulin atau obat hipoglikemik oral pada keadaan diabetes.

Mata

Posterior subcapsular cataract, peningkatan tekanan intraokular, glaukoma dan exophthalmos.

Metabolik

Hiperglikemia, glikosuria dan keseimbangan nitrogen negatif disebabkan oleh katabolisme protein.

Lain-lain

Necrotizing angitis, tromboflebitis, tromboembolisme, memburuknya infeksi atau menutupi gejala infeksi, insomnia, episode sinkop dan reaksi anafilaktoid.

Apa Saja Interaksi Obat Trinolon?

Interaksi obat merupakan suatu perubahan aksi atau efek obat sebagai akibat dari penggunaan atau pemberian bersamaan dengan obat lain, suplemen, makanan, minuman, atau zat lainnya. Interaksi obat Trinolon antara lain:

Interaksi yang berpotensi berbahaya

Kombinasi kortikosteroid dengan obat anti-inflamasi nonsteroid meningkatkan risiko terjadinya ulkus peptikum dan perdarahan gastrointestinal.

Interaksi signifikan lainnya

Kortikosteroid dilaporkan menimbulkan antagonis pada blokade neuromuskular yang disebabkan oleh pancuronium. Risiko hipokalemia dapat meningkat jika triamcinolone diberikan secara bersamaan dengan simpatomimetik dan teofilin yang dapat menurunkan kalium plasma dan dengan diuretik yang tidak hemat kalium, hipokalemia juga dapat memperkuat efek glikosida jantung. Efek diabetogenik kortikosteroid akan mengganggu kontrol glukosa darah dengan insulin dan obat hipoglikemik oral.

Overdosis

Penggunaan secara tidak disengaja kortikosteroid dosis tunggal yang berlebihan tidak menyebabkan efek yang serius, tetapi semua gejala yang terjadi harus diberikan terapi simtomatis.

Bagaimana Kemasan dan Sediaan Trinolon?

Dus, 5 strip @ 10 tablet @ 4 mg

Berapa Nomor Izin BPOM Trinolon?

Setiap produk obat, suplemen, makanan, dan minuman yang beredar di Indonesia harus mendapatkan izin edar dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yaitu suatu Badan Negara yang memiliki fungsi melakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana produksi, melakukan pengambilan contoh produk, melakukan pengujian produk, dan memberikan sertifikasi terhadap produk. BPOM juga melakukan pengawasan terhadap produk sebelum dan selama beredar, serta memberikan sanksi administratif seperti dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita untuk dimusnahkan, bagi pihak yang melakukan pelanggaran. Berikut adalah izin edar dari BPOM yang dikeluarkan untuk produk Trinolon:

DKL0212418110A1

Bagaimana Cara Penyimpanan Trinolon?

Simpan pada suhu dibawah 30 derajat Celsius dan terlindung dari cahaya.

Apa Nama Perusahaan Produsen Trinolon?

Produsen obat (perusahaan farmasi) adalah suatu perusahaan atau badan usaha yang melakukan kegiatan produksi, penelitian, pengembangan produk obat maupun produk farmasi lainnya. Obat yang diproduksi bisa merupakan obat generik maupun obat bermerek. Perusahaan jamu adalah suatu perusahaan yang memproduksi produk jamu yakni suatu bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sari, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan. Baik perusahaan farmasi maupun perusahaan jamu harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Setiap perusahaan farmasi harus memenuhi syarat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), sedangkan perusahaan jamu harus memenuhi syarat CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) untuk dapat melakukan kegiatan produksinya agar produk yang dihasilkan dapat terjamin khasiat, keamanan, dan mutunya. Berikut ini nama perusahaan pembuat produk Trinolon:

PT Kimia Farma

Sekilas Tentang Kimia Farma
PT. Kimia Farma merupakan suatu perusahaan farmasi Indonesia yang menurut sejarahnya sudah ada sejak jaman Hindia-Belanda. Perusahaan ini berdiri pada 1817 yang pada awalnya perusahaan ini bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co yang kemudian oleh Pemerintah Indonesia dimasa awal kemerdekaan dinasionalisasi dan dilakukan peleburan dengan beberapa perusahaan farmasi lainnya pada 1958 yang kemudian namanya berubah menjadi PNF (Perusahaan Negara farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Pada 16 Agustus 1971, status PNF berubah menjadi PT dan namanya kembali mengalami perubahan menjadi PT. Kimia Farma (persero). Pada 4 Juli 2001, status PT. Kimia Farma berubah menjadi perusahaan publik seiring dengan pencatatan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (Saat ini menjadi Bursa Efek Indonesia) sehingga berubah namanya menjadi PT. Kimia Farma Tbk. Jumlah karyawan perusahaan ini diperkirakan mencapai 5.758 orang.

Perusahaan ini telah mengantongi berbagai sertifikat mutu seperti CPOB, ISO 9001, ISO 9002, ISO 14001, dan juga telah mendapatkan persetujuan dari US-FDA sehingga produk perusahaan ini bisa dipasarkan di Amerika Serikat.

PT. Kimia Farma memiliki beberapa fasilitas produksi yang terletak di berbagai daerah yang berbeda yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Sarolangun, Watukadon, dan Tanjung Morawa. Setiap fasilitas produksi memproduksi produk yang berbeda-beda.

Untuk pemasaran produk, PT. Kimia Farma melakukannya melalui anak perusahaannya bernama PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) yang memang dibentuk untuk pemasaran dan penjulan produk induk perusahaannya. Perusahaan ini memiliki 46 cabang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri.

Selain bergerak di bidang produksi produk obat dan farmasi, PT. Kimia Farma juga merambah bisnis apotek, laboratorium, dan klinik kesehatan. PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan yang didirikan untuk menjalankan dan mengelola bisnis apotek dan PT Kimia Farma Diagnostik untuk usaha laboratorium dan diagnostik. Baru-baru ini PT. Kimia Farma megakuisisi PT. Phapros, salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia.

Produk PT. Kimia Farma selain dijual di Indonesia juga diekspor ke berbagai negara di dunia. Beberapa produk yang dijual selain obat jadi dan sediaan farmasi, juga menjual bahan baku pembuatan obat seperti iodine dan quinine. Produk-produk tersebut diekpor ke beberapa negara seperti India, Jepang, Taiwan, New Zealand, dan negara-negara Eropa. Untuk produk kosmetik, produk PT. Kimia Farma telah berhasil menembus pasar Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Vietnam.