Primsulfon Forte


Apa Kandungan dan Komposisi Primsulfon Forte?

Kandungan dan komposisi produk obat maupun suplemen dibedakan menjadi dua jenis yaitu kandungan aktif dan kandungan tidak aktif. Kandungan aktif adalah zat yang dapat menimbulkan aktivitas farmakologis atau efek langsung dalam diagnosis, pengobatan, terapi, pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia.

Jenis yang kedua adalah kandungan tidak aktif atau disebut juga sebagai eksipien. Kandungan tidak aktif ini fungsinya sebagai media atau agen transportasi untuk mengantar atau mempermudah kandungan aktif untuk bekerja. Kandungan tidak aktif tidak akan menambah atau meningkatkan efek terapeutik dari kandungan aktif. Beberapa contoh dari kandungan tidak aktif ini antara lain zat pengikat, zat penstabil, zat pengawet, zat pemberi warna, dan zat pemberi rasa. Kandungan dan komposisi Primsulfon Forte adalah:

  • Trimethoprim 160 mg
  • Sulfamethoxazole 800 mg

Sekilas Tentang Sulfamethoxazole Pada Primsulfon Forte
Sulfamethoxazole termasuk dalam golongan obat antibiotik. Ia digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri seperti infeksi saluran kemih, bronkitis, dan prostatitis. Obat ini efektif untuk mengatasi bakteri gram negatif dan positif seperti Listeria monocytogenes dan E. coli.

Sulfamethoxazole pertama kali dikenalkan di Amerika Serikat pada 1961 dan biasanya digunakan bersama dengan kombinasi trimethoprim. Nama lain sulfamethoxazole antara lain sulfamethalazole, sulfisomezole, dan sulfamethazole. Cara kerja sulfamethoxazole yaitu dengan mengganggu sintesis bakteri dari asam folat. Folat merupakan metabolit esensial untuk pertumbuhan dan replikasi bakteri sebab ia digunakan dalam sintesis DNA. Oleh karenanya penghambatan produksi folat akan menghambat pula proses metabolisme untuk pertumbuhan bakteri. Sulfamethoxazole dianggap sebagai antibiotik bakteriostatik.
Sekilas Tentang Trimethoprim Pada Primsulfon Forte
Trimethoprim merupakan suatu obat antibiotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Selain itu obat ini juga digunakan dalam terapi pengobatan diare dan infeksi telinga bagian tengah. Jika dikombinasikan dengan sulfamethoxazole atau dapsone, obat ini akan efektif untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh Pneumocystis pneumonia (suatu bentuk pneumonia yang disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada penderita HIV/AIDS. Trimethoprim tidak efektif untuk digunakan pada pengobatan infeksi akibat bakteri anaerob seperti Clostridium difficile colitis yang menjadi salah satu penyebab diare.

Trimethoprim bekerja dengan cara mengikat pada enzim DHFR (dihydrofolate reductase) dan menghambat reduksi dihydrofolic acid (DHF) menjadi tetrahydrofolic acid (THF). THF ini adalah suatu bentuk asam folat yang mampu mengintervensi sintesa DNA bakteri. Zat ini akan menghalangi sintesa DNA bakteri sehingga bakteri tersebut tidak dapat berkembang dan memperbanyak diri. Penggunaan bersamaan dengan sulfamethoxazole sering digunakan untuk mengatasi kemungkinan resistensi bakteri.

Efek samping yang umumnya dapat terjadi setelah penggunaan trimethoprim antara lain mual, muntah, perubahan rasa pada lidah, diare, ruam, sensitif pada cahaya matahari, dan gatal. Efek samping yang jarang terjadi antara lain trombositopenia (rendahnya kadar trombosit), anemia megaloblastik akibat penurunan asam folat. Penggunaan trimethoprim dikontraindikasikan pada mereka yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap trimethoprim dan pada penderita anemia megaloblastik. Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan hati sebab sekira 10 hingga 20 persen komponen obat ini dimetabolisme di dalam hati.

Trimethoprim akan cepat diserap di saluran pencernaan setelah pemberian secara oral, kemudian didistribusikan secara luas ke jaringan dan cairan tubuh seperti cairan telinga tengah, saliva, jaringan paru-paru, cairan mani, cairan prostat, empedu, dan tulang. Obat inijuga masuk ke dalam ASI, sehingga tidak direkomendasikan pada wnaita menyusui. Pada orang dewasa dengan fungsi ginjal normal, sekira 50 hingga 70 persen dosis oral akan diekskresikan melalui urin dalam 24 hingga 72 jam. Sekira 80 persen sebagai komponen obat tidak berubah.

Keamanan penggunaan trimethoprim untuk digunakan oleh wanita hamil oleh FDA dimasukkan dalam kategori C. Penggunaan trimethoprim dapat menyebabkan bayi lahir cacat. Obat ini masuk menembus ke dalam ASI, sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan oleh wanita menyusui sebab berpotensi membahayakan bayi. Tidak diketahui keamanan obat ini untuk digunakan oleh anak dibawah usia dua bulan.

Trimethoprim pertama kali digunakan pada 1962 dan pada 1972 digunakan sebagai pengobatan profilaksis untuk infeksi saluran kemih.
Sekilas Tentang Cotrimoxazole Pada Primsulfon Forte
Cotrimoxazole adalah kombinasi antibiotik trimetoprim dan sulfametoksazol, dengan perbandingan 1 banding 5, digunakan dalam pengobatan berbagai infeksi bakteri. Nama kotrimoksazol adalah Nama yang Disetujui Inggris, dan telah dipasarkan di seluruh dunia dengan banyak nama dagang termasuk Septrin (GSK), Bactrim (Roche), dan berbagai sediaan generik. Sumber berbeda mengenai apakah kotrimoksazol biasanya bersifat bakterisida atau bakteriostatik.

Aksi sinergis

Kotrimoksasol menunjukkan efek antibakteri sinergis teoretis, meskipun mungkin bukan klinis, bila dibandingkan dengan masing-masing komponennya yang diberikan secara tunggal. Ini karena trimetoprim dan sulfametoksazol menghambat langkah-langkah berurutan dalam jalur sintesis folat (lihat diagram di bawah). Mereka tidak menunjukkan efek sinergis, karena persyaratan rasio 1 dalam 5, yang diamati di laboratorium. Namun, dalam situasi klinis rasio dalam jaringan diamati menjadi 1 dalam 20, sehingga tidak ada sinergi.

Sulfametoksazol bertindak sebagai inhibitor substrat palsu sintetase dihidropteroat. Sulfonamida seperti sulfametoksazol adalah analog dari asam p-aminobenzoat (PABA) dan merupakan penghambat kompetitif enzim; menghambat produksi asam dihidropteroat.

Trimethoprim bekerja dengan mengganggu aksi dihydrofolate reductase bakteri, menghambat sintesis asam tetrahydrofolic.

Asam folat adalah prekursor penting dalam sintesis de novo nukleosida DNA timidin dan uridin. Bakteri tidak dapat mengambil asam folat dari lingkungan (yaitu inang infeksi) sehingga bergantung pada sintesis de novo mereka sendiri - penghambatan enzim membuat bakteri kekurangan dua basa yang diperlukan untuk replikasi dan transkripsi DNA.

Indikasi klinis

Kotrimoksasol diklaim lebih efektif daripada salah satu komponennya secara individual dalam mengobati infeksi bakteri, meskipun hal ini kemudian diperdebatkan. Seiring dengan insiden efek samping yang lebih besar yang terkait termasuk respons alergi (lihat di bawah), penggunaannya secara luas telah dibatasi di banyak negara untuk keadaan yang sangat spesifik di mana peningkatan kemanjurannya ditunjukkan. Ini mungkin efektif dalam berbagai infeksi saluran pernapasan atas dan bawah, infeksi ginjal dan saluran kemih, infeksi saluran pencernaan, infeksi kulit dan luka, septikemia dan infeksi lain yang disebabkan oleh organisme sensitif.

Indikasi khusus penggunaannya antara lain: (Rossi, 2004)

  • Pengobatan dan profilaksis pneumonia yang disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii (sebelumnya diidentifikasi sebagai P. carinii) (Umumnya terlihat pada pasien immunocompromised termasuk mereka yang menderita HIV/AIDS)

  • Infeksi yang disebabkan oleh Listeria monocytogenes, Nocardia spp., Stenotrophomonas maltophilia (Zanthomonas maltophilia)

  • Melioidosis

  • Shigellosis

  • Diare pelancong

  • Profilaksis toksoplasmosis serebral pada pasien HIV

  • Penyakit Whipple


Keamanan

Ada beberapa kekhawatiran tentang penggunaannya, bagaimanapun, karena telah dikaitkan dengan reaksi alergi ringan yang sering dan efek samping yang serius termasuk sindrom Stevens-Johnson, myelosupresi, midriasis, agranulositosis, serta kerusakan hati yang parah (hepatosis kolostatik, hepatitis, nekrosis hati, gagal hati fulminan) dan gangguan ginjal hingga gagal ginjal akut dan anuria. Efek samping ini terlihat terutama pada orang tua dan bisa berakibat fatal. (Komite Formularium Bersama, 2004). Asam folat kemungkinan bukan pilihan terbaik untuk pengobatan beberapa efek samping yang terkait dengan TMP-SMX, pengobatan yang lebih baik mungkin adalah pemberian asam folinat.

Di beberapa negara, kotrimoksazol telah dihentikan karena efek toksik ini.

Oleh karena itu, pedoman British Committee on Safety of Medicines (CSM) saat ini merekomendasikan untuk membatasi penggunaannya pada:

  • Pneumonia pneumosistis

  • Toksoplasmosis dan nokardiosis

  • Eksaserbasi akut bronkitis kronis dan infeksi saluran kemih di mana ada alasan yang baik untuk digunakan

  • Otitis media akut pada anak-anak di mana ada alasan yang baik

Primsulfon Forte Obat Apa?


Apa Indikasi, Manfaat, dan Kegunaan Primsulfon Forte?

Indikasi merupakan petunjuk mengenai kondisi medis yang memerlukan efek terapi dari suatu produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) atau kegunaan dari suatu produk kesehatan untuk suatu kondisi medis tertentu. Primsulfon Forte adalah suatu produk kesehatan yang diindikasikan untuk:

  • Infeksi saluran pernafasan : otitis media akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae atau Haemophilus influenzae. Eksaserbasi akut bronchitis kronis yang disebabkan oleh pneumoniae atau H. influenzae, sebagai obat alternatif jika obat golongan penicillin tidak dapat digunakan
  • Infeksi saluran pencernaan : sebagai pencegahan traveller diare yang disebabkan oleh bakteri E. coli, sebagai alternatif antibiotik golongan quinolon
  • Infeksi saluran kemih : obat ini juga bermanfaat untuk pengobatan infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri coli, Klebsiella, Enterobacter, Morganella morganii, Proteus mirabilis, atau P. vulgaris
  • Brucellosis dan kolera : obat ini adalah antibiotik alternatif untuk pengobatan brucellosis untuk pasien yang tidak bisa menggunakan tetracycline (misalnya anak-anak)
  • Infeksi mikobakteri : infeksi kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium marinum juga bisa menggunakan antibiotik ini
  • Pertusis : sebagai alternatif erythromycin
  • Demam tifus dan infeksi Salmonella lain : umumnya demam tifus diobati dengan antibiotik golongan quinolon atau cephalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone dan cefotaxime, namun cotrimoxazole sering digunakan sebagai alternatifnya.
    Selengkapnya lihat dosis

Cara Kerja Obat

Obat ini merupakan Cotrimoxazole yaitu antibiotik kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole yang digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri. Kombinasi ini dengan perbandingan satu bagian trimethoprim dan lima bagian sulfamethoxazole.

Cotrimoxazole bekerja dengan cara menghambat enzim metabolisme asam folat pada bakteri yang peka. Trimethoprim sendiri adalah bakterisida sedangkan sulfamethoxazole adalah bakteriostatik. Dalam bentuk kombinasi, antibiotik ini berfungsi sebagai bakterisida.

Cotrimoxazole bermanfaat untuk mengobati infeksi-infeksi oleh bakteri yang resisten sulfamethoxazole tapi masih peka terhadap trimethoprim.

Apa Saja Kontraindikasi Primsulfon Forte?

Kontraindikasi merupakan suatu petunjuk mengenai kondisi-kondisi dimana penggunaan obat tersebut tidak tepat atau tidak dikehendaki dan kemungkinan berpotensi membahayakan jika diberikan. Pemberian Primsulfon Forte dikontraindikasikan pada kondisi-kondisi berikut ini:

  • Jangan menggunakan Primsulfon Forte untuk pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap trimethoprim dan sulfamethoxazole, atau obat-obat golongan sulfonamide lainnya)
  • Penggunaan obat ini untuk pasien dengan gangguan hati dan ginjal yang berat sebaiknya dihindari
  • Jangan digunakan untuk wanita hamil terutama menjelang kelahiran, anak < 2 tahun (kecuali untuk pengobatan atau pencegahan pneumocytosis jiroveci (P. carinii) pada bayi dari usia empat minggu atau lebih)
  • Obat ini diketahui ikut keluar bersama air susu ibu, oleh karena itu pemakaian selama menyusui sebaiknya dikonsultasikan pada dokter


Pertanyaan yang Sering Diajukan

Apakah Aman Menggunakan Primsulfon Forte Saat Mengemudi atau Mengoperasikan Mesin?

Jika Anda mengalami gejala efek samping seperti mengantuk, pusing, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan, jantung berdebar, dan lain-lain setelah menggunakan Primsulfon Forte, yang dapat mempengaruhi kesadaran atau kemampuan dalam mengemudi maupun mengoperasikan mesin, maka sebaiknya Anda menghindarkan diri dari aktivitas-aktivitas tersebut selama penggunaan dan konsultasikan dengan dokter Anda.

Bagaimana Jika Saya Lupa Menggunakan Primsulfon Forte?

Jika Anda lupa menggunakan Primsulfon Forte, segera gunakan jika waktunya belum lama terlewat, namun jika sudah lama terlewat dan mendekati waktu penggunaan berikutnya, maka gunakan seperti dosis biasa dan lewati dosis yang sudah terlewat, jangan menggandakan dosis untuk mengganti dosis yang terlewat. Pastikan Anda mencatat atau menyalakan pengingat untuk mengingatkan Anda mengenai waktu penggunaan obat agar tidak terlewat kembali.

Apakah Saya Dapat Menghentikan Penggunaan Primsulfon Forte Sewaktu-waktu?

Beberapa obat harus digunakan sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan melebih atau mengurangi dosis obat yang diberikan oleh dokter secara sepihak tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan sebagainya harus digunakan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah resistensi dari bakteri, virus, maupun jamur terhadap obat tersebut. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Jangan menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter, karena beberapa obat memiliki efek penarikan jika penghentian dilakukan secara mendadak. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Bagaimana Cara Penyimpanan Primsulfon Forte?

Setiap obat memiliki cara penyimpanan yang berbeda-beda, cara penyimpanan dapat Anda ketahui melalui kemasan obat. Pastikan Anda menyimpan obat pada tempat tertutup, jauhkan dari panas maupun kelembapan. Jauhkan juga dari paparan sinar Matahari, jangkauan anak-anak, dan jangkauan hewan.

Bagaimana Penanganan Primsulfon Forte yang Sudah Kedaluwarsa?

Jangan membuang obat kedaluwarsa ke saluran air, tempat penampungan air, maupun toilet, sebab dapat berpotensi mencemari lingkungan. Juga jangan membuangnya langsung ke tempat pembuangan sampah umum, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat. Hubungi Dinas Kesehatan setempat mengenai cara penangangan obat kedaluwarsa.


Apa Efek Samping Primsulfon Forte?

Efek Samping merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dari suatu obat. Efek samping ini dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada pada kondisi penyakit, usia, berat badan, jenis kelamin, etnis, maupun kondisi kesehatan seseorang. Efek samping Primsulfon Forte yang mungkin terjadi adalah:

  • Efek samping Primsulfon Forte (cotrimoxazole) yang umum seperti mual, muntah, ruam, diare , demam, gatal nyeri otot dan sendi
  • Reaksi alergi yang parah bisa terjadi bagi orang-orang yang sensitif terhadap obat-obat golongan sulfonamide termasuk Primsulfon Forte (cotrimoxazole), seperti sindrom stevens-johnson, nekrolisis epidermal toksik, nekrosis hati fulminan, agranulositosis, anemia aplastik, dan diskrasia darah lainnya
  • Hati-hati terhadap kemungkinan super infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan jamur atau bakteri pada pencernaan
  • Obat ini bisa menyebabkan hemolisis pada pasien yang kekurangan enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (enzim yang berperan dalam produksi sel darah merah), terutama jika diberikan pada dosis yang tinggi
  • Pada pasien lanjut usia, efek samping lebih rentan terjadi misalnya penekanan sumsum tulang dan penurunan trombosit (terutama jika obat ini diberikan bersamaan dengan diuretik jenis tiazid)

Apa saja Peringatan dan Perhatian Penggunaan Primsulfon Forte?

  • Primsulfon Forte (cotrimoxazole) harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya muncul, karena jika terjadi bisa berakibat fatal
  • Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit asma bronkial
  • Orang-orang yang kekurangan folat seperti pasien lanjut usia, pecandu alkohol, sedang menggunakan obat anti konvulsan, atau oang-orang yng mengalami malnutrisi, jika menggunakan Primsulfon Forte (cotrimoxazole) harus mendapatkan perhatian serius
  • Seperti antibiotik lainnya obat ini harus digunakan sampai dosis yang disarankan habis. Jangan menghentikan pemakaian sebelum waktunya untuk menghindari terjadinya resistensi
  • Pasien yang menggunakan antibiotik ini harus mengkonsumsi cukup cairan untuk mencegah kristaluria

Bagaimana Kategori Keamanan Penggunaan Primsulfon Forte Pada Wanita Hamil?

Kategori keamanan penggunaan obat untuk wanita hamil atau pregnancy category merupakan suatu kategori mengenai tingkat keamanan obat untuk digunakan selama periode kehamilan apakah memengaruhi janin atau tidak. Kategori ini tidak termasuk tingkat keamanan obat untuk digunakan oleh wanita menyusui.

FDA (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat) mengkategorikan tingkat keamanan obat untuk wanita hamil menjadi 6 (enam) kategori yaitu A, B, C, D, X, dan N. Anda bisa membaca definisi dari setiap kategori tersebut di sini. Berikut ini kategori tingkat keamanan penggunaan Primsulfon Forte untuk digunakan oleh wanita hamil:

FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan cotrimoxazole kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :

Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.

Hasil studi pada hewan tidak selalu bisa dijadikan ukuran keamanan penggunaan obat pada manusia. Oleh karena penelitian secara klinis yang terkendali dengan baik belum dilakukan, penggunaan obat-obat yang mengandung cotrimoxazole oleh ibu hamil harus dikonsultasikan dengan dokter.

Apa Saja Interaksi Obat Primsulfon Forte?

Interaksi obat merupakan suatu perubahan aksi atau efek obat sebagai akibat dari penggunaan atau pemberian bersamaan dengan obat lain, suplemen, makanan, minuman, atau zat lainnya. Interaksi obat Primsulfon Forte antara lain:

  • ACE inhibitor seperti captopril, enalapril, lisinopril, dan ace inhibitor lainnya jika diberikan bersamaan Primsulfon Forte (cotrimoxazole), berpotensi terjadi hiperkalemia
  • Obat-obat antiaritmia : Primsulfon Forte (cotrimoxazole) meningkatkan resiko aritmia ventrikel pada pasien yang menggunakan amiodarone.
    Sedangkan pemberian bersamaan dengan obat dofetilide terjadi peningkatan resiko perpanjangan Interval QT
  • Kalium aminobenzoate menghambat efek obat-obat golongan sulfonamide (seperti sulfamethoxazole)
  • Obat-obat golongan sulfonilurea meningkatkan efek farmakologi Primsulfon Forte (cotrimoxazole)
  • Primsulfon Forte (cotrimoxazole) menghambat metabolisme phenytoin sehingga meningkatkan waktu paruhnya
  • Diuretik : obat-obat diuretik terutama golongan tiazide meningkatkan potensi terjadinya penurunan kadar trombosit, terutama untuk pasien usia lanjut
  • Primsulfon Forte (cotrimoxazole) menghambat klirens obat-obat antikoagulan dan meningkatkan protrombin time (PT) sehingga meningkatkan efek obat-obat ini
  • Jika diberikan bersamaan dengan siklosporin dapat meningkatkan resiko kerusakan ginjal pada pasien penerima transplantasi ginjal
  • Primsulfon Forte (cotrimoxazole) meningkatkan kadar digoxin dalam plasma terutama pada pasien usia lanjut
  • Antibiotik ini juga meningkatkan konsentrasi plasma obat-obat antivirus seperti lamivudine dan zalcitabine
  • Indomethacin meningkatkan konsentrasi sulfamethoxazole dalam plasma
  • Primsulfon Forte (cotrimoxazole) berpotensi meningkatkan efek samping berupa hipoglikemia pada pemakaian anti dibetes oral, seperti glibenclamide
  • Efek samping anemia megaloblastik terjadi ketika pemberian bersamaan Primsulfon Forte (cotrimoxazole) dan pyrimethamine
  • Pemberian bersamaan rifampisin dan Primsulfon Forte (cotrimoxazole) menyebabkan kadar rifampisin dalam plasma meningkat di sisi lain terjadi penurunan kadar trimethoprim
  • Primsulfon Forte (cotrimoxazole) menyebabkan peningkatan konsentrasi plasma procainamide dan amantadine sehingga meningkatkan toksisitasnya
  • Jika diberikan bersamaan dengan clozapine dan antipsikotik lainnya, resiko efek samping hematologis meningkat

Bagaimana Kemasan dan Sediaan Primsulfon Forte?

Dus 10 strip @ 10 kaplet

Berapa Nomor Izin BPOM Primsulfon Forte?

Setiap produk obat, suplemen, makanan, dan minuman yang beredar di Indonesia harus mendapatkan izin edar dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yaitu suatu Badan Negara yang memiliki fungsi melakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana produksi, melakukan pengambilan contoh produk, melakukan pengujian produk, dan memberikan sertifikasi terhadap produk. BPOM juga melakukan pengawasan terhadap produk sebelum dan selama beredar, serta memberikan sanksi administratif seperti dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita untuk dimusnahkan, bagi pihak yang melakukan pelanggaran. Berikut adalah izin edar dari BPOM yang dikeluarkan untuk produk Primsulfon Forte:

DKL0233505904A1

Apa Nama Perusahaan Produsen Primsulfon Forte?

Produsen obat (perusahaan farmasi) adalah suatu perusahaan atau badan usaha yang melakukan kegiatan produksi, penelitian, pengembangan produk obat maupun produk farmasi lainnya. Obat yang diproduksi bisa merupakan obat generik maupun obat bermerek. Perusahaan jamu adalah suatu perusahaan yang memproduksi produk jamu yakni suatu bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sari, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan. Baik perusahaan farmasi maupun perusahaan jamu harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Setiap perusahaan farmasi harus memenuhi syarat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), sedangkan perusahaan jamu harus memenuhi syarat CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) untuk dapat melakukan kegiatan produksinya agar produk yang dihasilkan dapat terjamin khasiat, keamanan, dan mutunya. Berikut ini nama perusahaan pembuat produk Primsulfon Forte:

Novell Pharmaceutical Lab

Novell Pharma adalah suatu perusahaan farmasi yang merupakan hasil penggabungan antara Glaxo International dengan Borroughs Wellcome pada tahun 1996 kemudian didirikanlah PT. Novell Pharma ini pada 1998. Perusahaan ini telah terdaftar di BKPM (Badan Koordinasi Penanaman modal) Indonesia. Menurut informasi, kata "Novell" pada perusahaan memiliki arti "sesuatu yang baru, segar, dan juga memiliki makna inovasi".

Perusahaan ini telah menerima berbagai sertifikat dan penghargaan seperti TGA dari Australia, pengakuan MCC dari Afrika Selatan, GMP dari Lageso Uni Eropa, GCC dari negara timur tengah, dan sebagainya.

Perusahaan ini telah berekspansi dan memasarkan produksi ke berbagai negara seperti Filipina, Thailand, Vietnam, Pakistan, Yaman, Taiwan, Australia, Uzbekistan, dan negara lainnya. Fasilitas produksi Novell Pharma ada di desa Tlajung Udik, kecamatan Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.