Menveo


Apa Kandungan dan Komposisi Menveo?

Kandungan dan komposisi produk obat maupun suplemen dibedakan menjadi dua jenis yaitu kandungan aktif dan kandungan tidak aktif. Kandungan aktif adalah zat yang dapat menimbulkan aktivitas farmakologis atau efek langsung dalam diagnosis, pengobatan, terapi, pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia.

Jenis yang kedua adalah kandungan tidak aktif atau disebut juga sebagai eksipien. Kandungan tidak aktif ini fungsinya sebagai media atau agen transportasi untuk mengantar atau mempermudah kandungan aktif untuk bekerja. Kandungan tidak aktif tidak akan menambah atau meningkatkan efek terapeutik dari kandungan aktif. Beberapa contoh dari kandungan tidak aktif ini antara lain zat pengikat, zat penstabil, zat pengawet, zat pemberi warna, dan zat pemberi rasa. Kandungan dan komposisi Menveo adalah:

Per dosis:Bubuk utk inj Meningococcal group A oligosaccharide 10 mcg.Lar utk inj masing-masing mgd</strong> Meningococcal group C oligosaccharide 5 mcg, Meningococcal group W 135 oligosaccharide 5 mcg, Meningococcal group Y oligosaccharide 5 mcg.

Menveo Obat Apa?


Apa Indikasi, Manfaat, dan Kegunaan Menveo?

Indikasi merupakan petunjuk mengenai kondisi medis yang memerlukan efek terapi dari suatu produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) atau kegunaan dari suatu produk kesehatan untuk suatu kondisi medis tertentu. Menveo adalah suatu produk kesehatan yang diindikasikan untuk:

Imunisasi aktif pada dewasa dan remaja 11-65 tahun terhadap Neisseria meningitis serogrup A,C,W135 dan Y.

Sekilas Tentang Vaksin
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu penyakit. Pemberian vaksin (imunisasi) dilakukan untuk mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi penyebab penyakit - penyakit tertentu. Vaksin biasanya mengandung agen yang menyerupai mikroorganisme penyebab penyakit dan sering dibuat dari mikroba yang dilemahkan atau mati, dari toksinnya, atau dari salah satu protein permukaannya. Agen merangsang sistem imun untuk mengenali agen sebagai ancaman, menghancurkannya, dan untuk lebih mengenali dan menghancurkan mikroorganisme yang terkait dengan agen yang mungkin ditemui di masa depan. Vaksin dapat bersifat profilaksis (misalnya untuk mencegah atau memperbaiki efek infeksi di masa depan oleh patogen alami atau "liar") atau terapeutik (misalnya vaksin terhadap kanker).

Pemberian vaksin disebut vaksinasi. Vaksinasi merupakan metode paling efektif untuk mencegah penyakit menular. Kekebalan karena vaksinasi terjadi menyeluruh di dunia sebagian besar bertanggung jawab atas pemberantasan cacar dan pembatasan penyakit seperti polio, campak, dan tetanus. Efektivitas vaksinasi telah dipelajari dan diverifikasi secara luas, misalnya vaksin terbukti efektif termasuk vaksin influenza,vaksin HPV, dan vaksin cacar air.
Sekilas Tentang Meningitis
Meningitis atau radang selaput otak adalah radang pada membran yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang secara kesatuan disebut meningen. Radang dapat disebabkan oleh infeksi oleh virus, bakteri, jamur atau juga mikroorganisme lain, dan walaupun jarang dapat disebabkan oleh obat tertentu. Meningitis dapat menyebabkan kematian karena radang yang terjadi di otak dan sumsum tulang belakang; sehingga kondisi ini diklasifikasikan sebagai kedaruratan medis.

Gejala umum dari meningitis adalah sakit kepala dan leher kaku disertai oleh demam, kebingungan atau perubahan kesadaran, muntah, dan kepekaan terhadap cahaya (fotofobia) atau suara keras (fonofobia). Anak-anak biasanya hanya menunjukkan gejala nonspesifik, seperti lekas marah dan mengantuk. Adanya ruam merah dapat memberikan petunjuk penyebab dari meningitis; contohnya, meningitis yang disebabkan oleh bakteri meningokokus dapat ditunjukkan oleh adanya ruam merah.

Tindakan punksi lumbal dilakukan untuk mendiagnosa ada tidaknya meningitis. Jarum dimasukkan ke dalam kanalis spinalis untuk mengambil sampel likuor serebrospinalis (LCS), yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang. LCS diperiksa di laboratorium medis. Penanganan pertama pada meningitis akut terdiri dari pemberian secara tepat berbagai antibiotik dan kadang-kadang obat antivirus. Kortikosteroid juga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya komplikasi karena radang yang berlebihan. Meningitis dapat mengakibatkan konsekuensi jangka panjang seperti ketulian, epilepsi, hidrosefalus dan defisit kognitif, terutama bila tidak dirawat dengan cepat. Beberapa jenis meningitis (misalnya yang berhubungan dengan meningokokus, Haemophilus influenzae type B,pneumokokus atau infeksi virus mumps) dapat dicegah oleh imunisasi.

Pencegahan


Untuk beberapa kasus meningitis, perlindungan jangka panjang dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi, atau jangka pendek dengan penggunaan antibiotik. Beberapa perubahan perilaku dapat juga efektif.

Perilaku

Meningitis bakteri dan virus bersifat menular; namun, keduanya tidak semenular selesma atau flu. Keduanya bisa ditularkan melalui droplet dari sekret pernapasan selama kontak dekat seperti ciuman, bersin atau batuk, tetapi tidak bisa disebarkan hanya dengan menghirup udara di mana seorang penderita meningitis berada. Meningitis virus biasanya disebabkan oleh enterovirus, dan paling sering disebarkan melalui kontaminasi tinja. Risiko infeksi bisa diturunkan dengan mengubah perilaku yang menyebabkan penularan.

Vaksinasi

Sejak tahun 1980an, banyak negara sudah memasukkan imunisasi terhadap Haemophilus influenzae B dalam program vaksinasi rutin anak. Hal ini secara praktis telah menghilangkan patogen jenis ini sebagai penyebab meningitis pada anak di negara-negara tersebut. Di negara dengan angka penyakit yang tertinggi, harga vaksin tersebut masih terlalu mahal. Demikian juga, imunisasi terhadap penyakit mumps telah menyebabkan penurunan bermakna jumlah kasus meningitis mumps, yang sebelum vaksinasi terjadi pada 15% dari semua kasus mumps.

Pengobatan

Antibiotik

Antibiotik empiris (pengobatan tanpa diagnosis yang pasti) hendaknya langsung diberikan, meskipun sebelum diketahui hasil punksi lumbal dan analisis LCS. Pilihan pengobatan awal sebagian besar bergantung pada jenis bakteri yang menyebabkan meningitis di suatu tempat dan populasi tertentu. Contohnya, di Inggris pengobatan empiris terdiri dari sefalosporin generasi ketiga seperti sefotaksim atau seftriakson. Di Amerika Serikat, di mana resistensi terhadap sefalosporin semakin banyak ditemukan pada streptokokus, penambahan vankomisin untuk pengobatan awal dianjurkan. Namun, kloramfenikol, baik sendiri maupun digabungkan dengan ampisilin tampaknya bekerja sama baiknya.

Terapi empiris bisa dipilih berdasarkan usia penderita, apakah infeksi didahului dengan cedera kepala, apakah penderita menjalani bedah saraf baru-baru ini dan apakah terdapat shunt serebral atau tidak. Di kalangan anak dan orang berusia di atas 50 tahun, serta mereka yang kekebalan tubuh yang terganggu, penambahan ampisilin dianjurkan untuk mencakup Listeria monocytogenes. Setelah hasil pewarnaan Gram tersedia, dan jenis bakteri penyebab secara pasti telah diketahui, antibiotik yang diberikan mungkin bisa diganti dengan yang lebih cocok untuk mengatasi kelompok patogen yang diduga menyebabkannya. Hasil LCS kultur biasanya perlu waktu yang lebih lama (24–48 jam). Setelah tersedia, terapi empiris bisa dialihkan menjadi terapi antibiotik khusus dengan target organisme penyebab khusus dan sensitivitasnya terhadap antibiotik. Agar efektif untuk mengobati meningitis, antibiotik tidak boleh hanya aktif untuk bakteri patogen tetapi juga harus bisa mencapai selaput otak dalam jumlah yang memadai; beberapa antibiotik memiliki penetrasi yang tidak memadai dan oleh karena itu tidak begitu berguna dalam menangani meningitis. Kebanyakan antibiotik yang digunakan untuk meningitis belum diuji langsung pada pasien meningitis dalam bentuk uji klinis. Pengetahuan relevan kebanyakan diperoleh dari studi laboratorium pada kelinci. Meningitis tuberkulosis memerlukan pengobatan dalam waktu lama dengan antibiotik. Sementara tuberkulosis paru-paru biasanya diobati selama enam bulan, mereka yang menderita meningitis tuberkulosis biasanya diobati selama setahun atau lebih.

Steroid

Pengobatan ajuvan dengan kortikosteroid (biasanya deksametason) sudah menunjukkan beberapa manfaat, seperti pengurangan derajat hilang pendengaran, dan luaran jangka pendek neurologis yang lebih baik pada remaja dan dewasa dari negara-negara berpenghasilan tinggi dengan angka HIV rendah. Beberapa penelitian memperlihatkan adanya penurunan angka kematian sedangkan penelitian lain tidak memperlihatkan hal yang serupa. Pengobatan ini tampaknya juga bermanfaat untuk meningitis tuberkulosis, setidaknya bagi mereka dengan HIV negatif.

Oleh karena itu panduan professional menganjurkan deksametason atau kortikosteroid lain mulai diberikan sebelum dosis pertama antibiotik diberikan, dan dilanjutkan selama empat hari. Karena sebagian besar manfaat pengobatan terbatas pada pasien yang mengalami meningitis pneumokokus, beberapa panduan menyarankan agar deksametason tidak dilanjutkan apabila diketahui penyebab lain dari meningitis. Mekanisme yang terjadi adalah penekanan terhadap radang yang berlebihan.

Kortikosteroid ajuvan memiliki peran yang berbeda pada anak dan dewasa. Walaupun manfaat kortikosteroid sudah terbukti untuk orang dewasa serta anak dari negara berpenghasilan tinggi, penggunaannya untuk anak pada negara-negara berpenghasilan rendahtidak didukung dengan bukti nyata; alasan untuk perbedaan ini tidak jelas. Bahkan di negara berpenghasilan tinggi, manfaat kortikosteroid hanya terlihat bila diberikan sebelum dosis pertama antibiotik, dan manfaat terbesar terlihat dalam kasus meningitis H. influenzae, insidennya sudah menurun secara dramatis sejak Vaksin hib diperkenalkan. Jadi, kortikosteroid direkomendasikan dalam pengobatan meningitis apabila kasusnya adalah H. influenzae, dan hanya bila diberikan sebelum dosis pertama antibiotik; penggunaan lain masih kontroversial.

Meningitis virus

Meningitis virus pada umumnya hanya memerlukan terapi suportif; sebagian besar virus yang menyebabkan meningitis tidak bereaksi dengan pengobatan khusus. Meningitis virus cenderung tidak separah meningitis bakterial. Virus herpes simpleks dan virus varisela zoster bisa memberikan respon terhadap pengobatan dengan obat antivirus seperti asiklovir, tetapi belum ada uji klinis khusus yang meneliti apakah pengobatan ini efektif. Kasus ringan meningitis virus bisa diobati di rumah dengan tindakan konservatif seperti cairan, istirahat total dan analgesik.

Meningitis jamur

Meningitis jamur, seperti meningitis kriptokokus, diobati dengan anti jamur dosis tinggi, seperti amphotericin B dan flusitosin dalam waktu lama. Peningkatan tekanan intrakranial sering dijumpai pada meningitis jamur, dan punksi lumbal yang sering (idealnya setiap hari) dianjurkan untuk mengurangi tekanan intrakranial, atau sebagai alternatifnya dipasang drain lumbal.

Berapa Dosis dan Bagaimana Aturan Pakai Menveo?

Dosis adalah takaran yang dinyatakan dalam satuan bobot maupun volume (contoh: mg, gr) produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) yang harus digunakan untuk suatu kondisi medis tertentu serta frekuensi pemberiannya. Biasanya kekuatan dosis ini tergantung pada kondisi medis, usia, dan berat badan seseorang. Aturan pakai mengacu pada bagaimana produk kesehatan tersebut digunakan atau dikonsumsi. Berikut ini dosis dan aturan pakai Menveo:

Dosis tunggal 0,5 ml secara injeksi IM.

Izin BPOM, Kemasan, dan Sediaan Menveo

Setiap produk obat, suplemen, makanan, dan minuman yang beredar di Indonesia harus mendapatkan izin edar dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yaitu suatu Badan Negara yang memiliki fungsi melakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana produksi, melakukan pengambilan contoh produk, melakukan pengujian produk, dan memberikan sertifikasi terhadap produk. BPOM juga melakukan pengawasan terhadap produk sebelum dan selama beredar, serta memberikan sanksi administratif seperti dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita untuk dimusnahkan, bagi pihak yang melakukan pelanggaran. Berikut adalah izin edar dari BPOM yang dikeluarkan untuk produk Menveo:

  • DKI1027900344A2, Dus @ 1 dosis@(1 vial serbuk+ 1 vial@0,6 ml cairan)
  • DKI1027900344A1, Dus @ 5 dosis@(1 vial serbuk+1 pfs @ 0,6 ml cairan)

Apa Nama Perusahaan Produsen Menveo?

Produsen obat (perusahaan farmasi) adalah suatu perusahaan atau badan usaha yang melakukan kegiatan produksi, penelitian, pengembangan produk obat maupun produk farmasi lainnya. Obat yang diproduksi bisa merupakan obat generik maupun obat bermerek. Perusahaan jamu adalah suatu perusahaan yang memproduksi produk jamu yakni suatu bahan atau ramuan berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sari, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan. Baik perusahaan farmasi maupun perusahaan jamu harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Setiap perusahaan farmasi harus memenuhi syarat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), sedangkan perusahaan jamu harus memenuhi syarat CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) untuk dapat melakukan kegiatan produksinya agar produk yang dihasilkan dapat terjamin khasiat, keamanan, dan mutunya. Berikut ini nama perusahaan pembuat produk Menveo:

Novartis Indonesia

  • Menigococcal Polysaccharide Group C,
  • Menigococcal Polysaccharide Group W,
  • Menigococcal Polysaccharide Group Y,
  • Meningococcal Polysaccharide Group A
Sekilas Tentang Novartis
Novartis AG adalah suatu perusahaan farmas besar dunia asal Swiss yang menurut sejarahnya berdiri pada 1996 sebagai hasil dari penggabungan dua perusahaan farmasi besar yakni Ciba-Geigy dan Sandoz Laboratories yang keduanya merupakan perusahaan farmasi Swiss. Pada periode tahun 2000 hingga 2010 berbagai proses korporasi dilakukan oleh Novartis seperti membuat divisi agrobisnis bersama dengan perusahaan farmasi AstraZeneca yang kemudian bersama membentuk perusahaan baru bernama Sygenta. Di tahun 2003 Novartis menggabungkan dan mengkoordinasikan semua bisnis generiknya ke dalam satu divisi dan menggabungkan beberapa sub divisi ke dalam satu perusahaan, yang kemudian disepakati menggunakan kembali nama Sandoz sebagai nama perusahaannya. Tahun 2005 Sandoz mengakuisisi Hexal (perusahaan obat generik Jerman) dan Eon Labs (perusahaan farmasi Amerika Serikat). Tahun 2006 Novartis mengakuisisi Chiron Corporation. Chiron kemudian dibagi menjadi tiga divisi yakni Chiron Vaccines, Chiron Blood Testing, dan Chiron BioPharmaceuticals yang kemudian semuanya dimasukkan dalam Novartis Pharmaceutical ke dalam divisi yang berbeda.

Berlanjut di tahun 2009, Novartis mengakuisisi 85 persen saham perusahaan vaksin asal China, Zhejiang Tianyuan Bio-Pharmaceutical Co., Ltd. Setahun berikutnya Novartis secara penuh mengakuisisi Alcon (perusahaan produk eye care terbesar di dunia) yang kemudian berada di divisi Novartis Opthalmics sebelum akhirnya menjadikan Alcon sebagai suatu perusahaan sendiri. Pada 2018, GlaxoSmithKline mengumumkan bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan untuk membeli 36,5 persen saham Novartis.

Produk terkenal yang diproduksi oleh Novartis diantaranya Clozaril, Aclasta, Voltaren, Tegretol, Diovan, Neoral, Femara, Ritalin, Lamisil, dan lain-lain. Produk-produk ini telah dipasarkan di banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Kantor pusat Novartis ada di Basel, Swiss. Di Indonesia Novartis berdiri dengan nama PT. Novartis Indonesia dengan lokasi kantor di AXA Tower Lt. 26, Kuningan, Jakarta .