Fladex

Apa Kandungan dan Komposisi Fladex?

Kandungan dan komposisi produk obat maupun suplemen dibedakan menjadi dua jenis yaitu kandungan aktif dan kandungan tidak aktif. Kandungan aktif adalah zat yang dapat menimbulkan aktivitas farmakologis atau efek langsung dalam diagnosis, pengobatan, terapi, pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia.

Jenis yang kedua adalah kandungan tidak aktif atau disebut juga sebagai eksipien. Kandungan tidak aktif ini fungsinya sebagai media atau agen transportasi untuk mengantar atau mempermudah kandungan aktif untuk bekerja. Kandungan tidak aktif tidak akan menambah atau meningkatkan efek terapeutik dari kandungan aktif. Beberapa contoh dari kandungan tidak aktif ini antara lain zat pengikat, zat penstabil, zat pengawet, zat pemberi warna, dan zat pemberi rasa. Kandungan dan komposisi Fladex adalah:

Tiap botol (100 ml) mengandung:

Metronidazol 500 mg

Bagaimana Farmakologi Fladex?

FLADEX® infus IV bekerja sebagai bakterisid, amubisid dan trikomonasid. Mekanisme kerjanya belum diketahui secara pasti. Metronidazol tidak terionisasi pada pH fisiologik dan siap diambil oleh organisme atau sel anaerob. Pada organisme atau sel yang sensitif, metronidazol mengalami proses reduksi oleh protein transpor elektron potensial-redoks-rendah (contohnya nitroreduktase seperti ferredoxin) sehingga produk polar yang telah kehilangan gugus nitro menjadi tidak dikenal. Produk reduksi inilah yang tampulaknya bertanggung jawab atas efek sitotoksik dan antimikroba metronidazol, yang meliputi gangguan pada DNA dan inhibisi sintesis asam nukleat.

Metronidazol sama efektifnya terhadap sel yang sedang membelah maupun yang tidak.

Metronidazol secara in vitro melawan berbagai spesies bakteri anaerob, terutama Bacteroides fragilis dan spesies Bacteroides lainnya, juga spesies lain seperti Fusobacteria, Eubacteria, Clostridia dan Streptococcianaerob. Metronidazol mempunyai spektrum yang luas dan aktif melawan mikroorganisme patogen, sepertiTrichomonas vagin4lis, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli dan organisme penyebab gingivitis ulceratif akut. Metronidazol tidak aktif melawan bakteri aerob dan anaerob fakultatif.

Farmakokinetik

Absorpsi

Setelah pemberian infus IV selama 1 jam dengan dosis 15 mg/kgBB kemudian diikuti dengan pemberian infus IV metronidazol Hcl selama 1 jam dengan dosis 7,5 mg/kgBB setiap 6 jam pada orang dewasa sehat, konsentrasi puncak metronidazol dalam plasma rata-rata 26 μg/ml dan konsentrasi yang mantap dalam plasma rata-rata 18 μg/ml. Dalam satu studi crossover pada orang dewasa, daerah bawah kurva (AUCs =area under the concentration – time curves) tidak ada perbedaan secara signifikan pada pemberian dosis metronidazol tablet 500 mg dengan dosis infus IV tunggal 500 mg metronidazol HCl yang diberikan selama 20 menit.

Distribusi

Metronidazol didistribusikan secara luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh termasuk tulang, empedu, air liur, cairan pleural, cairan peritoneal, cairan vagin4, cairan seminal, cairan serebrospinal (CSF =cerebrospinal fluid), dan abses hati dan otak. Distribusi pada pemberian oral maupun pemberian infus IV adalah sama.

Konsentrasi metronidazol dalam cairan serebrospinal dilaporkan sebanyak 43% dari konsentrasi metronidazol dalam plasma, pada pasien dengan uninflamed meninges serta sebanding atau lebih besar dari konsentrasi metronidazol dalam plasma pada pasien dengan inflamed meninges. Metronidazol juga didistribusi ke dalam eritrosit. Ada data yang menduga bahwa volume distribusi metronidazol menurun pada pasien geriatrik dibandingkan pasien usia muda, hal ini mungkin merupakan akibat dari menurunnya ambilan metronidazol oleh eritrosit pada pasien geriatrik.

Metronidazol terikat kurang dari 20% pada protein plasma.

Metronidazol melewati plasenta, didistribusikan ke dalam ASI dengan konsentrasi yang sama dengan konsentrasi metronidazol dalam plasma.

Eliminasi:

Waktu paruh dalam plasma dari metronidazol dilaporkan 6-8 jam pada orang dewasa dengan fungsi ginjal dan hepar normal. Suatu studi dengan menggunakan metronidazol HCl yang dilabel, waktu paruh dari metronidazol bentuk utuh rata-rata 7,7 jam dan waktu paruh dari radioaktivitas total rata-rata 11,9 jam. Waktu paruh metronidazol dalam plasma tidak dipengaruhi oleh perubahan fungsi ginjal, akan tetapi waktu paruh dapat lebih panjang pada pasien gangguan fungsi hepar. Studi pada orang dewasa dengan penyakit hepar alkoholik dan gangguan fungsi hepar memperlihatkan bahwa waktu paruh rata-rata 18,3 jam (kisaran: 10,3-29,5 jam).

Sekitar 30-60% dari dosis metronidazol oral atau infus IV dimetabolisme di hati dengan cara hidroksilasi, oksidasi rantai samping, dan konjugasi glukuronida. Metabolit utama, 2-hidroksi metronidazol, memiliki aktivitas antibakteri dan antiprotozoa.

Sekilas Tentang Metronidazole Pada Fladex
Metronidazole adalah obat antiinfeksi nitroimidazole yang digunakan terutama dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh organisme yang rentan, terutama bakteri anaerob dan protozoa. Metronidazole awalnya dipasarkan oleh Pfizer dengan nama dagang Flagyl di AS, sementara Sanofi-Aventis memasarkan metronidazole secara global dengan nama dagang yang sama, Flagyl, dan juga oleh berbagai produsen generik, yang menjualnya dengan harga lebih murah. Metronidazole juga digunakan sebagai sediaan gel dalam pengobatan kondisi dermatologis seperti rosacea (Rozex dan MetroGel oleh Galderma) dan tumor jamur (Anabact, Cambridge Healthcare Supplies).

Metronidazole adalah prodrug. Ini diubah dalam organisme anaerob oleh enzim redoks piruvat-feredoksin oksidoreduktase. Gugus nitro metronidazole secara kimiawi direduksi oleh ferredoxin (atau proses metabolisme terkait ferredoxin) dan produknya bertanggung jawab untuk mengganggu struktur heliks DNA, sehingga menghambat sintesis asam nukleat.

Metronidazole secara selektif diambil oleh bakteri anaerob dan organisme protozoa yang sensitif karena kemampuan organisme ini untuk mereduksi metronidazole menjadi bentuk aktifnya secara intraseluler.

Indikasi, Manfaat, dan Kegunaan
Metronidazole diindikasikan untuk pengobatan kondisi berikut ini:


  • Vaginitis akibat infeksi Trichomonas vaginalis (protozoa) baik pada pasien yang bergejala maupun kontak seksual tanpa gejala; dan karena infeksi bakteri Gardnerella atau Mycoplasma hominis pada pasien yang bergejala

  • Penyakit radang panggul dalam hubungannya dengan antibiotik lain seperti ofloxacin, levofloxacin, atau ceftriaxone

  • Infeksi protozoa karena Entamoeba histolytica (disentri amoeba atau abses hati), dan Giardia lamblia (Giardiasis) harus diobati sendiri atau bersama dengan iodoquinol atau diloxanide furoate

  • Infeksi bakteri anaerob seperti Bacteroides fragilis, spp, Fusobacterium spp, Clostridium spp, Peptostreptococcus spp, Prevotella spp, atau bakteri anaerob lainnya pada abses intraabdominal, peritonitis, empiema, pneumonia, pneumonia aspirasi, abses paru, ulkus kaki diabetik, meningitis, dan abses otak , infeksi tulang dan sendi, septikemia, endometritis, abses tubo-ovarium, atau endokarditis

  • Kolitis pseudomembran karena Clostridium difficile

  • Terapi pemberantasan Helicobacter pylori, sebagai bagian dari rejimen multi-obat pada penyakit ulkus peptikum

  • Profilaksis bagi mereka yang menjalani operasi kolorektal yang berpotensi terkontaminasi dan dapat dikombinasikan dengan neomisin

  • Gingivitis akut dan infeksi gigi lainnya (TGA disetujui, non-Food and Drug Administration (FDA) disetujui)

  • Penyakit Crohn dengan keterlibatan kolon atau perianal (tidak disetujui FDA)

  • Metronidazole topikal diindikasikan untuk pengobatan rosacea, dan dalam pengobatan luka jamur yang berbau busuk.



Pencegahan kelahiran prematur

Metronidazole juga telah digunakan pada wanita untuk mencegah kelahiran prematur yang terkait dengan vaginosis bakterial, di antara faktor risiko lain termasuk adanya fibronektin janin servikovaginal (fFN). Sebuah uji coba terkontrol secara acak menunjukkan bahwa metronidazole tidak efektif dalam mencegah kelahiran prematur pada wanita hamil berisiko tinggi dan, sebaliknya, kejadian kelahiran prematur sebenarnya lebih tinggi pada wanita yang diobati dengan metronidazole.

Lamont berpendapat bahwa Metronidazole bukanlah antibiotik yang tepat untuk diberikan dalam keadaan ini dan sering kali terlambat digunakan untuk digunakan. Klindamisin yang diberikan pada awal trimester kedua pada wanita yang dites positif untuk vaginosis bakterial tampaknya lebih efektif.

Efek samping

Reaksi obat yang merugikan yang umum (≥1% pasien) yang terkait dengan terapi metronidazole sistemik meliputi: mual, diare, dan/atau rasa logam di mulut. Pemberian intravena umumnya dikaitkan dengan tromboflebitis. Efek samping yang jarang terjadi meliputi: reaksi hipersensitivitas (ruam, gatal, kemerahan, demam), sakit kepala, pusing, muntah, glositis, stomatitis, urin berwarna gelap, dan/atau parestesia.

Dosis tinggi dan/atau pengobatan sistemik jangka panjang dengan metronidazole dikaitkan dengan perkembangan black hairy tongue, leukopenia, neutropenia, peningkatan risiko neuropati perifer dan/atau toksisitas SSP.

Metronidazole terdaftar oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) sebagai karsinogen manusia yang potensial. Meskipun beberapa metode pengujian telah dipertanyakan, telah terbukti menyebabkan kanker pada hewan percobaan. Namun demikian, tampaknya memiliki potensi risiko kanker yang cukup rendah dan dalam sebagian besar keadaan, manfaat pengobatan lebih besar daripada risikonya.

Reaksi obat yang merugikan umum yang terkait dengan terapi metronidazole topikal termasuk kemerahan lokal, kekeringan, dan/atau iritasi kulit; dan mata berair (jika diterapkan di dekat mata).

Interaksi dengan alkohol

Mengkonsumsi etanol (alkohol) saat menggunakan metronidazole menyebabkan reaksi seperti disulfiram dengan efek yang dapat mencakup mual, muntah, kemerahan pada kulit, takikardia (detak jantung yang dipercepat), sesak napas, dan bahkan kematian. Konsumsi alkohol harus dihindari oleh pasien selama terapi metronidazole sistemik dan setidaknya 24 jam setelah pengobatan selesai. Namun, terjadinya reaksi ini dalam pengaturan klinis baru-baru ini dipertanyakan oleh beberapa penulis.

Fladex Obat Apa?


Apa Indikasi, Manfaat, dan Kegunaan Fladex?

Indikasi merupakan petunjuk mengenai kondisi medis yang memerlukan efek terapi dari suatu produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) atau kegunaan dari suatu produk kesehatan untuk suatu kondisi medis tertentu. Fladex adalah suatu produk kesehatan yang diindikasikan untuk:

  • Infeksi yang disebabkan oleh kuman anaerob dan kuman lainnya yang sensitif terhadap metronidazol.

  • Pencegahan infeksi anaerob sebelum dan sesudah operasi.

  • Pada pasien yang dikontraindikasikan atau tidak mungkin menerima pengobatan secara oral.

Apa Saja Kontraindikasi Fladex?

Kontraindikasi merupakan suatu petunjuk mengenai kondisi-kondisi dimana penggunaan obat tersebut tidak tepat atau tidak dikehendaki dan kemungkinan berpotensi membahayakan jika diberikan. Pemberian Fladex dikontraindikasikan pada kondisi-kondisi berikut ini:

  • Pasien yang hipersensitif terhadap obat atau derivat nitroimidazol lainnya. Akan tetapi, desensitisasi dengan sangat berhati-hati telah diusahakan pada beberapa pasien yang hipersensitif yang sangat memerlukan terapi metronidazol.

  • Kehamilan trimester I:

Obat yang dapat digunakan selama kehamilan sebaiknya hanya yang memang sangat dibutuhkan. Para ahli mengkontraindikasikan penggunaan metronidazol pada trimester pertama kehamilan.

Sekilas Tentang Infeksi
Infeksi atau jangkitan adalah kolonalisasi (mengacu pada mikroorganisme yang tidak bereplikasi pada jaringan yang ditempatinya. Sedangkan "infeksi" mengacu pada keadaan di mana mikroorganisme bereplikasi dan jaringan menjadi terganggu) yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat paling membahayakan inang.

Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.

Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.

Berapa Dosis dan Bagaimana Aturan Pakai Fladex?

Dosis adalah takaran yang dinyatakan dalam satuan bobot maupun volume (contoh: mg, gr) produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) yang harus digunakan untuk suatu kondisi medis tertentu serta frekuensi pemberiannya. Biasanya kekuatan dosis ini tergantung pada kondisi medis, usia, dan berat badan seseorang. Aturan pakai mengacu pada bagaimana produk kesehatan tersebut digunakan atau dikonsumsi. Berikut ini dosis dan aturan pakai Fladex:

dan cara pemberian:

Cara pemberian:

Metronidazol diberikan secara infus IV kontinu atau intermiten. Selama pemberian metronidazol sedapat mungkin jangan dicampur dengan obat lain dan infus IV lainnya sebaiknya dihentikan.

Metronidazol infus diberikan secara intravena dengan kecepatan 5 ml/menit.

Dosis Dewasa:

Infeksi bakteri anaerob:

Untuk terapi infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri anaerob, metronidazol atau metronidazol HCl diberikan secara infus IV pada awalnya dan diganti dengan metronidazol oral saat kondisi pasien telah memungkinkan. Infus IV biasanya diberikan dalam waktu lebih dari 1 jam. Untuk dewasa diberikan dosis awal infus IV 15 mg/kgBB diikuti dengan dosis pemeliharaan 7,5 mg/kgBB setiap 6 jam.

Dosis maksimum untuk dewasa: 4 g/hari (oral/infus IV).

Terapi selama 7 hari biasanya memuaskan bagi kebanyakan pasien tetapi, tergantung pada pemeriksaan klinik dan bakteriologik, dokter dapat memutuskan untuk memperpanjang masa terapi. Tetapi harus digantikan secepat mungkin dengan terapi oral.

Profilaksis:

Profilaksis pra dan pasca operatif:

Dosis dewasa 15 mg/kgBB dengan infus IV selama 30-60 menit, pemberiannya telah selesai 1 jam sebelum operasi dan, jika perlu, 7,5 mg/kgBB dengan infus IV selama 30-60 menit pada 6 dan 12 jam setelah dosis awal. Dosis awal praoperatif harus selesai diinfuskan sekitar 1 jam sebelum dilakukan operasi untuk memastikan sudah memadainya konsentrasi metronidazol dalam serum dan jaringan pada saat operasi.

Penggunaan metronidazol untuk profilaksis harus dibatasi pada hari dilakukannya operasi dan tidak boleh dilanjutkan selama lebih dari 12 jam setelah operasi. Sebagai alternatif, untuk profilaksis perioperatif pada operasi kolorektal, 500 mg – 1 g metronidazol diberikan melalui infus IV 1 jam sebelum operasi dan dosis 500 mg diberikan lewat infus IV 8 dan 16 jam sesudah operasi.


Pertanyaan yang Sering Diajukan

Apakah Aman Menggunakan Fladex Saat Mengemudi atau Mengoperasikan Mesin?

Jika Anda mengalami gejala efek samping seperti mengantuk, pusing, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan, jantung berdebar, dan lain-lain setelah menggunakan Fladex, yang dapat mempengaruhi kesadaran atau kemampuan dalam mengemudi maupun mengoperasikan mesin, maka sebaiknya Anda menghindarkan diri dari aktivitas-aktivitas tersebut selama penggunaan dan konsultasikan dengan dokter Anda.

Bagaimana Jika Saya Lupa Menggunakan Fladex?

Jika Anda lupa menggunakan Fladex, segera gunakan jika waktunya belum lama terlewat, namun jika sudah lama terlewat dan mendekati waktu penggunaan berikutnya, maka gunakan seperti dosis biasa dan lewati dosis yang sudah terlewat, jangan menggandakan dosis untuk mengganti dosis yang terlewat. Pastikan Anda mencatat atau menyalakan pengingat untuk mengingatkan Anda mengenai waktu penggunaan obat agar tidak terlewat kembali.

Apakah Saya Dapat Menghentikan Penggunaan Fladex Sewaktu-waktu?

Beberapa obat harus digunakan sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan melebih atau mengurangi dosis obat yang diberikan oleh dokter secara sepihak tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan sebagainya harus digunakan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah resistensi dari bakteri, virus, maupun jamur terhadap obat tersebut. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Jangan menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter, karena beberapa obat memiliki efek penarikan jika penghentian dilakukan secara mendadak. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Bagaimana Cara Penyimpanan Fladex?

Setiap obat memiliki cara penyimpanan yang berbeda-beda, cara penyimpanan dapat Anda ketahui melalui kemasan obat. Pastikan Anda menyimpan obat pada tempat tertutup, jauhkan dari panas maupun kelembapan. Jauhkan juga dari paparan sinar Matahari, jangkauan anak-anak, dan jangkauan hewan.

Bagaimana Penanganan Fladex yang Sudah Kedaluwarsa?

Jangan membuang obat kedaluwarsa ke saluran air, tempat penampungan air, maupun toilet, sebab dapat berpotensi mencemari lingkungan. Juga jangan membuangnya langsung ke tempat pembuangan sampah umum, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat. Hubungi Dinas Kesehatan setempat mengenai cara penangangan obat kedaluwarsa.


Apa Efek Samping Fladex?

Efek Samping merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dari suatu obat. Efek samping ini dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada pada kondisi penyakit, usia, berat badan, jenis kelamin, etnis, maupun kondisi kesehatan seseorang. Efek samping Fladex yang mungkin terjadi adalah:

Pada saluran cerna:

Nausea, vomiting, abdominal discomfort, rasa logam pada lidah, dan diare biasanya dilaporkan pada pemakaian metronidazol secara infus IV.

Pada sistem saraf:

Neuropati perifer, yang ditandai dengan kesemutan (numbness), tingling (sensasi seperti tertusuk), atauparesthesia apabila serangannya ekstrim, dan serangan kejang jarang dilaporkan pada pemakaian metronidazol oral ataupun infus IV. Neuropati perifer biasanya reversibel jika metronidazol dihentikan, tetapi dapat juga tetap ada pada pasien yang menerima terapi yang lama atau lebih tinggi dari dosis yang direkomendasikan.

Efek hematologi:

Lekopenia dan trombositopenia ringan dan sementara pernah dilaporkan, namun jarang. Aplasia sumsum tulang pernah dilaporkan pada sedikitnya 1 pasien.

Efek genitourinaria:

Urin berwarna gelap atau coklat kemerahan pada pemakaian metronidazol oral atau infus IV karena adanya pigmen larut air yang merupakan hasil metabolisme obat.

Reaksi sensitivitas:

erythematous rash dan pruritus pada pasien yang menggunakan metronidazol secara infus IV. Tromboflebitis dapat diminimalkan atau dihindari dengan cara menghindari penggunaan jangka lama dari kateter infus IV yang indwelling.

Rasa nyeri atau infeksi saluran pernapasan bagian atas dilaporkan pada 1% dari pasien yang menerima terapi kombinasi dengan tetrasiklin Hcl, metronidazol dan bismut subsalisilat (pada umumnya dengan terapi supresi asam) pada uji klinik.

Hipertensi, infark miokard, dan artritis rematoid dilaporkan pada kurang dari 1% dari jumlah pasien yang mendapatkan terapi kombinasi seperti di atas.

Apa saja Peringatan dan Perhatian Penggunaan Fladex?

  • Bila terjadi gejala abnormal pada saraf selama pemakaian metronidazol oral atau infus IV, maka terapi harus dihentikan segera.

Hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakit pada susunan saraf pusat.

  • Hati-hati penggunaan metronidazol pada pasien yang mengidap atau pernah mengalami diskrasia darah. Jumlah lekosit total dan diferensial harus diketahui sebelum dan sesudah terapi metronidazol, terutama jika terapi metronidazol diberikan secara berulang-ulang (bukan dosis tunggal).

  • Hindari penggunaan metronidazol bersamaan dengan minuman beralkohol atau pada pasien alkoholik.

  • Penggunaan metronidazol peroral atau infus IV dapat menyebabkan kandidiasis oral, vagin4l atau intestinal.

  • Hati-hati penggunaan metronidazol pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat. Dosis sebaiknya dikurangi dan konsentrasi metronidazol harus dimonitor.

  • Hati-hati pada penggunaan infus metronidazol bersama-sama dengan kortikosteroid dan pada pasien yang cenderung mengalami edema.

  • Anak-anak:

Penggunaan pada anak-anak untuk beberapa indikasi belum teruji keamanannya (lihat indikasi, dosis dan cara pemberian).

  • Lanjut usia:

Karena pasien lanjut usia lebih sering mengalami penurunan fungsi hati, maka penyesuaian dosis pada pasien lanjut usia perlu diperhatikan.

  • Mutagenisitas dan karsinogenisitas:

Metronidazol menunjukkan aktivitas mutagenik pada beberapa studi in vitro. Akan tetapi, pada studi-studiin vivo gagal menunjukkan efek-efek mutagenik.

  • Penggunaan metronidazol secara oral memberi efek karsinogen pada mencit dan tikus, tapi studi yang sama pada marmut (hamsters) hasilnya negatif (tidak ada tanda-tanda karsinogen). Untuk pemakaian dalam waktu lama, studi terkontrol dibutuhkan untuk mengevaluasi efek karsinogen dan mutagenik dari metronidazol pada makhluk hidup.
  • Kehamilan, fertilitas dan laktasi:

Penggunaan metronidazol untuk wanita hamil masih belum teruji keamanannya, gunakan hanya jika benar-benar diperlukan. (Lihat kontraindikasi).

Studi reproduksi pada mencit dengan menggunakan metronidazol 6 kali lebih besar dari dosis dewasa, tidak memperlihatkan adanya gangguan fertilitas.

Hentikan pemberian ASI sampai 24 jam setelah pemberian metronidazol.

Apa Saja Interaksi Obat Fladex?

Interaksi obat merupakan suatu perubahan aksi atau efek obat sebagai akibat dari penggunaan atau pemberian bersamaan dengan obat lain, suplemen, makanan, minuman, atau zat lainnya. Interaksi obat Fladex antara lain:

Antikoagulan kumarin:

Metronidazol oral atau infus IV memperkuat efek antikoagulan oral sehingga memperpanjang waktu protrombin. Karena itu pemakaian metronidazol bersama antikoagulan sebaiknya dihindari sebisa mungkin. Jika metronidazol digunakan pada pasien yang menerima antikoagulan oral, waktu protrombin harus dimonitor dan dosis antikoagulan harus disesuaikan dengan dosis metronidazol.

Alkohol:

Metronidazol dapat menghambat alkohol dehidrogenase dan enzim oksidator alkohol lainnya. Reaksi-reaksi seperti muka kemerahan, sakit kepala, mual, muntah, kejang abdominal dan berkeringat telah ditemukan pada sejumlah pasien yang mengkonsumsi alkohol saat menerima metronidazol oral ataupun infus IV. Sebaiknya hindari konsumsi alkohol selama pemakaian metronidazol atau paling tidak 1 hari (atau 3 hari dengan tablet extended release atau kapsul metronidazol) setelah terapi metronidazol selesai.

Disulfiram:

Pemakaian disulfiram dengan metronidazol dapat menyebabkan psikosis akut dan konfusi pada beberapa pasien. Karena itu, kedua obat jangan digunakan bersamaan sampai 2 minggu setelah pemakaian disulfiram berakhir.

Fenobarbital:

Penggunaan metronidazol bersamaan dengan fenobarbital menurunkan waktu paruh metronidazol dalam serum. Ini dapat disebabkan oleh peningkatan metabolisme dari antiinfeksi. Konsentrasi serum metronidazol menurun dan konsentrasi serum 2-hidroksi0metil metronidazol meningkat pada pasien yang menerima fenobarbital.

Lithium:

Dimulainya terapi metronidazol jangka pendek pada pasien yang distabilkan menggunakan lithium dengan dosis relatif tinggi dilaporkan meningkatkan konsentrasi lithium dalam serum, menyebabkan tanda-tanda toksisitas pada beberapa pasien. Pada beberapa kasus, gejala kerusakan renal (sebagai contoh, peningkatan tetap pada konsentrasi kreatinin serum yang persisten, hipernatremia, urin yang mengalami dilusi secara abnormal).

Terfenadin dan astemizol:

Metronidazol dapat berinteraksi dengan astemizol dan terfenadin menyebabkan peningkatan efek samping jantung yang serius.

Obat-obat lain:

Neutropenia sementara dilaporkan pada 12 pasien yang menggunakan metronidazol oral atau infus IV bersama dengan fluorourasil IV dan sedikitnya 1 pasien yang menggunakan metronidazol bersama azatioprin. Walaupun disarankan agar pasien yang menerima metronidazol dengan fluorourasil atau azatioprin dapat berisiko lebih besar terkena neutropenia dibanding bila obat-obatan tersebut digunakan secara tunggal, ini tidak secara jelas dibuktikan dan dibutuhkan studi lebih lanjut.

Bagaimana Kemasan dan Sediaan Fladex?

dan nomor registrasi:

Kotak, botol @ 100 ml, DKL0305032749A1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

SIMPAN DI TEMPAT KERING PADA SUHU ANTARA 25-30oc,

TERLINDUNG DARI CAHAYA.


Dexa Medica adalah suatu perusahaan farmasi Indonesia yang didirikan pada 1969 oleh Drs. Rudy Soetikno Apt. seroang apoteker muda yang pernah bertugas sebagai tentara. Dikarenakan pernah terjadi kelangkaan pasokan obat, maka ia bersama rekannya mulai mendirikan sebuah perusahaan farmasi kecil dengan produk obat tablet.

Karena semakin meningkatnya permintaan, maka Dexa Medica meningkatkan kuantitas produksinya sehingga pada 1975 produknya telah tersedia di seluruh pulau Sumatera, dan pada 1978, produk perusahaan ini telah tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai perusahaan nasional, maka pada 1984 perusahaan ini mendirikan kantor pemasaran di Jakarta. Perusahaan ini pun semakin berkembang dan dibuktikan dengan produk-produknya yang berhasil menembus pasar negara-negara Asia dan Afrika sekaligus menjadikan Dexa Medica menjadi salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Saat ini posisi CEO perusahaan dijabat oleh Ir. Ferry A. Soetikno, M.Sc., M.B.A.