FDA Setujui Penggunaan Apadaz Sebagai Alternatif Manajemen Terapi Nyeri Akut


FDA dikabarkan menyetujui penggunaan benzyhydrocodone dan acetaminophen (merek dagang: Apadaz) untuk digunakan pada manajemen nyeri akut jangka pendek. Alternatif manajemen terapi nyeri dapat diberikan saat nyeri dirasa cukup parah sehingga memerlukan analgesik opioid, mengacu pada informasi yang ada. Hal itu disampaikan melalui siaran pers yang diterbitkan oleh KemPharm sebagai produsen Apadaz.

Berdasarkan siaran pers perusahaan tersebut, Apadaz digunakan sebagai terapi penatalaksanaan nyeri alternatif yang dapat diresepkan oleh dokter ketika nyeri pasien dirasa cukup berat sehingga memerlukan analgesik opioid.

“Disetujuinya penggunaan Apadaz merupakan suatu langkah yang signifikan dari Kempharm sebab itu merupakan kesempatan untuk memperkenalkan apa yang kami percayai sebagai produk yang berbeda untuk manajemen nyeri akut jangka pendek,” kata Travis Mickle, Phd, selaku presiden KemPharm. “Berdasarkan keunikannya, kami sangat yakin produk ini akan sangat tinggi permintaannya di pasaran. Kami sangat senang mendapatkan peluang ini untuk menawarkan Apadaz pada pasien dan dokter yang saat ini mempunyai pilihan untuk meresepkan produk yang berbeda.

KemPharm melakukan pengembangan obat baru dengan menggunakan teknologi Ligand Active Therapy (LAT) yang telah mereka patenkan. Secara kimia Apadaz tidak aktif sampai dicerna, berbeda dengan opioid lain. Apadaz bereaksi dengan enzim yang berada di dalam saluran gastrointestinal untuk kemudian memisahkan ligan dan melepaskan hidrokon yang menimbulkan efek terapeutik. Apadaz diindikasikan untuk nyeri akut dan berat ketika penggunaan opioid lainnya tidak mencukupi. Namun penggunaan Apadaz ini tidak boleh lebih dari 14 hari.

Pasien yang menggunakan obat jenis opioid termasuk Apadaz, akan memiliki resiko tinggi mengalami kecanduan dan penyalahgunaan obat. Untuk mencegah kecanduan, pihak KemPharm memberikan saran bahwa Apadaz hanya diperlukan ketika tidak ada kemajuan dalam terapi yang diberikan saat itu atau obat-obat yang ada tidak mampu memberikan efek yang diharapkan.

Apadaz ini tidak dianjurkan untuk digunakan pada pasien yang memiliki gangguan pernapasan, asma bronkial akut, obstruksi gastrointestinal, dan hipersensitivitas pada hidrokodon dan acetaminophen. Pasien yang memiliki gangguan paru kronis dan lanjut usia jika diberikan Apadaz akan berisiko mengalami depresi pernapasan yang bisa mengancam nyawa. Pasien yang mengalami peningkatan tekanan intrakranial, tumor otak, cedera kepada, gangguan kesadaran, dan kondisi gastrointestinal akan berisiko jika diberikan Apadaz. Risiko lainnya termasuk akan mengalami sindrom penarikan opioid neonatal, insufisiensi adrenal, hipotensi, reaksi kulit, hipersensitivitas atau anafilaksis. Penggunaan obat ini berbahaya bagi mereka yang mengoperasikan atau menjalankan mesin.

Apadaz berinteraksi dengan obat-obat serotonergik, agonis/antagonis campuran, analgesik opioid agonis parsial, serta inhibitor monoamine oksidase. Penggunaan Apadaz bersamaan dengan benzodiazepine dan cytochrome P450 CYP3A4 inhibitor tidak dianjurkan karena akan menimbulkan efek negatif seperti hepatotoksisitas acetamonophen. Efek samping Apadaz yang paling umum dialami adalah mual, somnolen, sembelit, pruritus, pusing, dan sakit kepala.

Rencananya KemPharm akan menggunakan teknologi LAT untuk mengembangkan obat-obat baru lainnya.


Daftar pustaka:

http://investors.kempharm.com/news-releases/news-release-details/kempharm-announces-fda-approval-apadaztm-benzhydrocodone-and