Didanosine

Apa DIDANOSINE (ddI) Itu?

ddI (Videx) adalah obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi antiretroviral (ART). Obat ini asli dibuat oleh Bristol-Myers Squibb (BMS), tetapi sekarang tersedia dari beberapa produsen, terutama di India. ddI dikenal sebagai didanosine atau dideoxyinosine.

ddI termasuk golongan analog nukleosida atau nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI). Obat golongan ini menghambat enzim reverse transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik (RNA) HIV menjadikannya bentuk DNA. Ini harus terjadi sebelum kode genetik HIV dapat dimasukkan ke kode genetik sel yang terinfeksi HIV.

Siapa Sebaiknya Memakai ddI?

ddI disetujui pada 1991 sebagai obat antiretroviral (ARV) untuk orang terinfeksi HIV, untuk orang dewasa dan anak dengan berat badan 20kg atau lebih.

Tidak ada pedoman tetap tentang kapan sebaiknya mulai memakai ART. Kita dan dokter harus mempertimbangkan jumlah CD4, viral load, gejala yang kita alami, dan sikap kita terhadap penggunaan ART. Lembaran Informasi (LI) 404 memberi informasi lebih lanjut tentang pedoman penggunaan ART.

Jika kita memakai ddI dengan ARV lain, kita dapat mengurangi viral load kita pada tingkat yang sangat rendah dan meningkatkan jumlah CD4 kita. Hal ini seharusnya berarti kita lebih sehat untuk waktu lebih lama.

Bagaimana dengan Resistansi terhadap Obat?

Waktu HIV menggandakan diri, sebagian dari bibit HIV baru menjadi sedikit berbeda dengan aslinya. Jenis berbeda ini disebut mutan. Kebanyakan mutan langsung mati, tetapi beberapa di antaranya terus menggandakan diri, walaupun kita tetap memakai ART – mutan tersebut ternyata kebal terhadap obat. Jika ini terjadi, obat tidak bekerja lagi. Hal ini disebut sebagai ‘mengembangkan resistansi’ terhadap obat tersebut. Lihat LI 126 untuk informasi lebih lanjut tentang resistansi.

Kadang kala, jika virus kita mengembangkan resistansi terhadap satu macam obat, virus juga menjadi resistan terhadap ARV lain. Ini disebut ‘resistansi silang’ atau ‘cross resistance’ terhadap obat atau golongan obat lain.

Resistansi dapat segera berkembang. Sangat penting memakai ARV sesuai dengan petunjuk dan jadwal, serta tidak melewati atau mengurangi dosis.

Bagaimana ddI Dipakai?

ddI tersedia berbentuk tablet yang dapat dikunyah, dan sebagai bubuk untuk dilarutkan dalam air. Tablet itu juga dapat dilarutkan dalam air. Takaran ddI yang dianjurkan untuk dewasa berdasarkan berat badan. Untuk orang dengan berat badan di atas 60kg, dosis adalah 200mg dengan bentuk tablet , atau 250mg bubuk, dua kali sehari. Untuk orang dengan berat badan di bawah 60kg, dosis adalah 125mg dengan bentuk tablet , atau 167mg bubuk, dua kali sehari.

Bila harus dipakai sebagai bagian dari rejimen ART lini kedua, WHO mengusulkan ddI dipakai sekali sehari dengan takaran 400mg bila berat badan di atas 60kg, dan 250mg bila berat badan lebih rendah. Bila dipakai bersama dengan tenofovir (LI 419), takaran harus dikurangi menjadi 250mg sekali sehari bila berat badan di atas 60kg, dan 200mg untuk berat badan lebih rendah. Namun beberapa pakar mengusulkan agar ddI tidak dipakai bersamaan dengan tenofovir.

ddI tidak dapat diserap dalam suasana asam. Tablet dan bubuk ddI mengandung zat yang disebut ‘dapar’ atau ‘buffer’ untuk mengurangi efek asam dalam perut. ddI harus dipakai dengan perut kosong, 30 menit sebelum atau dua jam setelah makan. Memakai ddI dengan makan dapat mengurangi tingkat ddI dalam darah sehingga 50%.

Ada versi ddI baru dengan nama Videx EC. Versi ini dilapisi dengan zat khusus (EC berarti ‘enteric coated’) agar tidak dipengaruhi oleh asam dalam perut. Satu tablet Videx EC dapat dipakai sekali sehari. Videx EC tidak mengandung dapar, jadi efek samping dan interaksi obat dapat dikurangi. Videx EC harus dipakai dengan perut kosong. Jangan mengunyahnya; telan keseluruhan seperti tablet lain.

Apa Efek Samping ddI?

Jika kita mulai memakai ART, kita mungkin mengalami efek samping sementara, misalnya sakit kepala, darah tinggi, atau seluruh badan terasa tidak enak. Efek Samping ini biasanya lambat laun membaik atau hilang.

Efek Samping ddI yang paling umum adalah diare, sakit kepala, muntah dan ruam. Diare, yang disebabkan dapar dalam tablet , dapat menjadi berat. Efek Samping lebih jarang terjadi dengan versi EC.

Sangat jarang, ddI dapat mengakibatkan masalah hati yang gawat disebut hipertensi portal. Efek Samping lain yang paling berat akibat ddI adalah neuropati perifer, pankreatitis dan asidosis laktik:

Neuropati perifer (peripheral neuropathy/PN) adalah bentuk kerusakan saraf. PN dialami hingga 20% orang yang memakai ddI. Biasanya PN dialami sebagai kesemutan, mati rasa atau seperti terbakar pada kaki dan tangan. Kerusakan saraf biasanya bersifat sementara dan akan hilang jika kita berhenti penggunaan ddI, atau mengurangi dosis. Jika kita terus memakai ddI setelah kerusakan saraf dialami, kerusakan ini dapat menjadi permanen – lihat LI 555.

Pankreatitis adalah radang pankreas, kelenjar besar yang berada di bagian belakang perut. Kurang dari 7% orang yang memakai ddI mengalami pankreatitis, biasanya setelah memakai ddI selama beberapa bulan. Pankreatitis dapat gawat. Jika kita memakai ddI dan mengalami rasa nyeri (sakit) yang menusuk dekat perut, belakang atau pinggang, dengan mual atau muntah, langsung berhenti memakai ddI dan hubungi dokter. Pankreatitis lebih umum pada pasien lebih tua, orang yang pernah mengalaminya sebelumnya, atau orang dengan masalah ginjal.

Asidosis laktik adalah penambahan asam laktik dalam darah. Ini hasil sambilan pembuatan tenaga oleh sel. Penyakit ini juga dapat diakibatkan oleh kerusakan pada mitokondria – lihat LI 556 untuk informasi lebih lanjut. Asidosis laktik dapat menyebabkan kerusakan yang berat pada pankreas dan hati. Gejala asidosis laktik meliputi kehilangan berat badan, sakit perut dan kelelahan yang berlebihan.

ddI juga dapat memicu kambuhan beberapa infeksi oportunistik melalui sindrom pemulihan kekebalan (lihat LI 481). Masalah ini dapat muncul beberapa bulan setelah mulai ART.

Bagaimana ddI Berinteraksi dengan Obat Lain?

ddI dapat berinteraksi dengan obat lain, suplemen atau jamu yang kita pakai – lihat LI 407. Interaksi ini dapat mengubah jumlah masing-masing obat yang masuk ke aliran darah kita dan mengakibatkan overdosis atau dosis rendah. Interaksi baru terus-menerus diketahui. Pastikan dokter tahu SEMUA obat, suplemen dan jamu yang kita pakai.

Metadon (LI 541) mengurangi tingkat ddI dalam darah.

ddI sebaiknya tidak dipakai dalam kombinasi bersama dengan d4T. Kedua obat ini dapat menimbulkan PN, yang dapat menjadi lebih berat bila dipakai bersama.

Perempuan hamil sebaiknya tidak memakai ddI dan d4T secara bersamaan karena ini meningkatkan risiko asidosis laktik.

ddI sebaiknya tidak dipakai pada waktu yang sama dengan protease inhibitor, obat antijamur (dengan nama diakhiri dengan ‘-azol’) dan beberapa antibiotik. Selisihnya tergantung pada jenis protease inhibitor – lihat petunjuk obatnya. Kapsul Videx EC yang baru tidak berinteraksi dengan obat tersebut dan umumnya dapat dipakai pada waktu yang sama.

Tenofovir meningkatkan tingkat ddI. ddI dan tenofovir sebaiknya tidak dipakai bersamaan, terutama pada pasien dengan viral load yang tinggi dan jumlah CD4 yang rendah. Beberapa pasien mengalami efek samping yang berat terkait penggunaan tingkat ddI yang tinggi dalam darah. Bila harus pakai bersama sebagai lini kedua, takaran ddI harus dikurangi (lihat di atas).

Ribavirin (obat hepatitis C) meningkatkan tingkat ddI dalam tubuh, dan meningkatkan risiko efek samping ddI. Sebaiknya kita tidak memakai ribavirin dengan ddI.