Atazanavir


Apa Atazanavir Itu?

Atazanavir adalah obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi antiretroviral (ART). Obat ini juga dikenal sebagai Reyataz. Atazanavir dibuat oleh Bristol-Myers Squibb (BMS). Atazanavir sudah tersedia dalam versi generik dari produsen di India. Namun, saat ini atazanavir belum tersedia secara umum di Indonesia.

Atazanavir adalah protease inhibitor. Obat golongan ini mencegah pekerjaan enzim protease. Protease HIV bertindak seperti gunting kimia. Enzim ini memotong bahan baku HIV menjadi potongan khusus yang dibutuhkan untuk membangun virus baru. Protease inhibitor merusak gunting ini.

Siapa Sebaiknya Memakai Atazanavir?

Atazanavir disetujui di AS pada 2003 sebagai obat antiretroviral (ARV) untuk orang terinfeksi HIV. Atazanavir boleh dipakai oleh orang dewasa dan anak berusia enam tahun ke atas.

Tidak ada pedoman tetap tentang kapan sebaiknya mulai memakai ART. Kita dan dokter harus mempertimbangkan jumlah CD4, viral load, gejala yang kita alami, dan sikap kita terhadap penggunaan ART. Lembaran Informasi (LI) 404 memberi informasi lebih lanjut tentang pedoman penggunaan ART. Catatan: Pedoman Nasional ART belum mengusulkan penggunaan atazanavir di Indonesia, dan obat tersebut tidak tersedia dalam program ART nasional.

Jika kita memakai atazanavir dengan ARV lain, kita dapat mengurangi viral load kita pada tingkat yang sangat rendah dan meningkatkan jumlah CD4 kita. Hal ini seharusnya berarti kita lebih sehat untuk waktu lebih lama.

Walaupun protease inhibitor lain dapat menyebabkan peningkatan pada tingkat lemak dalam tubuh, hal ini tidak berlaku untuk atazanavir. Bila kita mempunyai tingkat kolesterol atau trigliserida yang tinggi, atau faktor risiko lain untuk penyakit jantung, dokter kita mungkin mengusulkan kita memakai atazanavir.

Bagaimana dengan Resistansi terhadap Obat?

Waktu HIV menggandakan diri, sebagian dari bibit HIV baru menjadi sedikit berbeda dengan aslinya. Jenis berbeda ini disebut mutan. Kebanyakan mutan langsung mati, tetapi beberapa di antaranya terus menggandakan diri, walaupun kita tetap memakai ART – mutan tersebut ternyata kebal terhadap obat. Jika ini terjadi, obat tidak bekerja lagi. Hal ini disebut sebagai ‘mengembangkan resistansi’ terhadap obat tersebut. Lihat LI 126 untuk informasi lebih lanjut tentang resistansi.

Kadang kala, jika virus kita mengembangkan resistansi terhadap satu macam obat, virus juga menjadi resistan terhadap ARV lain. Ini disebut ‘resistansi silang’ atau ‘cross resistance’ terhadap obat atau golongan obat lain.

Atazanavir menghasilkan tingkat obat dalam darah yang cukup tinggi untuk mengendalikan HIV yang sudah resistan terhadap protease inhibitor lain.

Resistansi dapat segera berkembang. Sangat penting memakai ARV sesuai dengan petunjuk dan jadwal, serta tidak melewati atau mengurangi dosis.

Bagaimana Atazanavir Dipakai?

Atazanavir dipakai sekali sehari dengan makanan sebagai kapsul . Untuk orang dewasa yang baru mulai memakai ART, takaran normal adalah 300mg plus ritonavir 100mg sekali sehari.

Bila efek samping ritonavir tidak dapat ditahan, pilihan lain adalah atazanavir dengan takaran 400mg. Namun pilihan ini tidak diusulkan untuk Odha yang pernah mengalami kegagalan ART dengan rejimen lain.

Pedoman khusus untuk perempuan hamil dikeluarkan di AS pada 2011. Perempuan hamil harus memakai atazanavir dengan ritonavir 100mg. Pastikan dokter tahu bila kita memakai tenofovir atau penghambat H2, semacam obat antiasam, karena obat tersebut dapat berpengaruh pada tingkat atazanavir dalam darah.

Takaran untuk anak berusia enam tahun ke atas berdasarkan berat badan dan riwayat ART sebelumnya.

Atazanavir tersedia dalam bentuk kapsul 100mg, 150mg, 200mg dan 300mg. Atazanavir boleh disimpan pada suhu ruang, tetapi harus dihindari lembab. Kapsul harus tetap dalam kemasan yang tertutup rapat.

Menurut pedoman WHO untuk rejimen lini kedua, sebaiknya semua pengguna atazanavir memakai takaran 300mg + ritonavir 100mg sekali sehari.

Apa Efek Samping Atazanavir?

Atazanavir dapat menyebabkan tingkat bilirubin yang tinggi, mual, sakit kepala, ruam, sakit perut, muntah, diare, kesemutan pada tangan atau kaki, dan depresi. Ruam dapat gawat; kita harus berhenti penggunaan atazanavir bila kita mengalami ruam yang berat. Atazanavir dapat menyebabkan perubahan pada denyut jantung. Kita sebaiknya memberi tahu dokter bila kita merasa pusing kepala waktu memakai atazanavir.

Bilirubin dibuat oleh hati kita waktu sel darah merah yang tua diuraikan. Tingkat bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan kulit atau mata menjadi kuning. Hal ini disebut sebagai ikterus (sakit kuning). Kurang lebih 10% pasien yang memakai atazanavir mengalami ikterus.

Tingkat bilirubin yang tinggi dapat menjadi tanda kerusakan hati. Namun, hal ini umumnya tidak berlaku untuk orang yang memakai atazanavir, karena obat ini menghambat pengeluaran bilirubin.

Atazanavir tampulaknya tidak meningkatkan tingkat lemak atau gula dalam darah. Artinya, tingkat trigliserida, kolesterol dan glukosa tetap hampulir normal. Hal ini berbeda dengan protease inhibitor lain, dan dapat bermanfaat untuk orang yang ingin mengurangi risiko jangka panjang terhadap penyakit jantung. Tidak jelas apakah atazanavir terkait dengan angka lipodistrofi (perubahan bentuk tubuh) yang lebih rendah.

Bagaimana Atazanavir Berinteraksi dengan Obat Lain?

Atazanavir dapat berinteraksi dengan obat lain, suplemen atau jamu yang kita pakai – lihat LI 407. Interaksi ini dapat mengubah jumlah masing-masing obat yang masuk ke aliran darah kita dan mengakibatkan overdosis atau dosis rendah. Interaksi baru terus-menerus diketahui.

Obat yang harus diperhatikan termasuk ARV lain (terutama efavirenz atau nevirapine), obat yang dipakai untuk mengobati TB (lihat LI 515), obat untuk disfungsi ereksi (mis. Viagra), obat yang mengendalikan denyut jantung (antiaritmia), dan obat sakit kepala migran. Interaksi juga dapat terjadi dengan beberapa antihistamin (obat antialergi), sedatif, obat untuk mengurangi kolesterol, dan obat antijamur. Pastikan dokter tahu SEMUA obat, suplemen dan jamu yang kita pakai.

  • Bila kita memakai atazanavir dan ddI (versi dapar atau pun versi EC), memakai atazanavir dua jam sebelum atau satu jam sesudah ddI
  • Tingkat ampulrenavir ditingkatkan oleh atazanavir
  • Efavirenz dan tenofovir menurunkan tingkat atazanavir dalam darah
  • Atazanavir dapat meningkatkan tingkat hormon dari pil KB dalam darah. Sebaiknya memakai cara KB lain
  • Tidak ada interaksi antara atazanavir dan metadon
  • Waspadai tanda sedasi berlebihan bila memakai atazanavir bersamaan dengan buprenorfin
  • Jangan memakai midazolam dengan atazanavir
  • Pedoman penggunaan obat antiasam dengan atazanavir rumit. Pedoman tersebut diperbarui pada 2008. Pastikan dokter kita diketahui bila kita memakai ranitidin (mis. Zantac, Zantadin), omeprazol (mis. Morecon), famotidin (mis. Facid), atau antiasam lain
  • Jamu St. John’s Wort (lihat LI 729) menurunkan tingkat beberapa jenis protease inhibitor dalam darah. Jangan memakai jamu ini bersamaan dengan atazanavir

Leave a Comment