Amfoterisin B


Amfoterisin adalah salah satu obat anti jamur yang termasuk kedalam golongan polyene. Obat ini biasa digunakan untuk membantu tubuh mengatasi infeksi jamur serius.

Amfoterisin A dan B adalah hasil fermentasi Streptomyces nodosus, actinomyces yang ditemukan di tanah.98 % campuran ini terdiri dari amfoterisin B yang mempunyai aktivitas anti jamur. Kristal seperti jarum atau prisma berwarna kuning jingga, tidak berbau dan tidak berasa. Amfoterisin merupakan antibiotik polien yang bersifat basa amfoter lemah, tidak larut dalam air, tidak stabil, tidak tahan suhu diatas 370C. Tetapi dapat bertahan sampai berminggu-minggu pada suhu 40C.

Amfoterisin bekerja dengan menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. Aktifitas anti jamur nyata pada pH 6,0 – 7,5. Aktifitas anti jamur akan berkurang pada Ph yang  lebih rendah. Amfoterisin bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dengan dosis yang diberikan dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.

Obat ini digunakan untuk pengobatan infeksi jamur seperti:

a.       Koksidiodomikosis

b.      Parakoksidioidomikosis

c.       Aspergilosis

d.      Kromoblastomikosis

e.       Kandidiosis

f.       Maduromikosis (misetoma)

g.      Mukormikosis (fikomikosis)

 

Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis selain hidrosis tilbamidin yang cukup efektif untuk sebagian besar pasien dengan lesi kulit yang tidak progresif.

Obat ini efektif untuk mengatasi infeksi jamur Absidia spp, Aspergillus spp, Basidiobolus spp, Blastomyces dermatitidis, Candida spp, Coccidoide immitis, Conidiobolus spp, Cryptococcus neoformans, Histoplasma kapsul sulatum, Mucor spp, Paracoccidioides brasiliensis, Rhizopus spp, Rhodotorula spp, dan Sporothrix schenckii.
Organisme lain yang telah dilaporkan sensitif terhadap amfoterisin B termasuk alga Prototheca spp. dan Leishmania protozoa dan Naegleria spp. Hal ini tidak aktif terhadap bakteri (termasuk rickettsia) dan virus.

Beberapa strain yang resisten terhadap Candida telah diisolasi dan diberikan pengobatan jangka panjang dengan amfoterisin B. Amfoterisin B hanya tersedia dengan resep dokter.

  • Indikasi
  • Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, parakoksidoidomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis dan kandidosis
  • Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis
  • Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik
  • Mungkin efektif thdp maduromikosis (misetoma) & mukomikosis (fikomikosis)
  • Secara topikal efektif thdp keratitis mikotik
  • Penderita dengan terapi amfoterisin B hrs dirawat di RS, untuk pengamatan ketat ES

 

  • Kontraindikasi
  • Pasien yang memiliki riwayat hipersensitif / alergi
  • Gangguan fungsi ginjal
  • Ibu hamil dan menyusui
  • Pada pasien yang mengonsumsi obat antineoplastik

 

Infus amfoterisin B seringkali meninbulkan beberapa efek samping seperti kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, hipotensi, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan fungsi ginjal. 50% pasien yang mendapat dosis awal secara iv akan mengalami demam dan menggigil. Keadaan ini hampulir selalu terjadi pada penyuntikan amfoterisin B tapi akan berkurang pada pemberian berikutnya. Reaksi ini dapat ditekan dengan memberikan hidrokortison 25-50 mg dan dengan antipiretik serta antihistamin sebelumnya. Flebitis dapat dikurangi dengan menambahkan heparin 1000 unit kedalam infuse.

Farmakodinamik

Amfoterisin B bekerja dengan berikatan kuat dengan ergosterol (sterol dominan pada fungi) yang terdapat pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel bocor dan membentuk pori-pori yang menyebabkan bahan-bahan esensial dari sel-sel jamur merembas keluar sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel. Efek lain pada membran sel jamur yaitu dapat menimbulkan kerusakan oksidatif pada sel jamur.

Farmakokinetik

Amfoterisin sedikit sekali diserap melalui saluran cerna. Suntikan yang dimulai dengan dosis 1,5 mg/hari lalu ditingkatkan secara bertahap sampai dosis 0,4-0,6 mg/kgBB/hari akan memberikan kadar puncak antara 0,5-2 µg/mL pada kadar mantap. Waktu paruh obat ini kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasifase kedua dengan waktu paruh kira-kira 15 hari sehingga kadar mantapnya baru akan terkapsulai setelah beberapa bulan pemakaian. Obat ini didistribusikan luas ke seluruh jaringan . Kira-kira   95% obat beredar dalam plasma, terikat pada lipoprotein. Kadar amfoterisin B dalam cairan pleura, peritoneal, sinovial dan akuosa yang mengalami peradangan hanya kira-kira2/3 dari kadar terendah dalam plasma. Amfoterisin b juga dapat menembus sawar uri, sebagian kecil mencapai CSS, humor vitreus dan cairan amnion. Ekskresi melalui ginjal sangat lambat, hanya 3% dari jumlah yang diberikan selam 24 jam sebelumnya ditemukan dalam urine.

 

Berapa Dosis dan Bagaimana Aturan Pakai Amfoterisin B?

Dosis adalah takaran yang dinyatakan dalam satuan bobot maupun volume (contoh: mg, gr) produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) yang harus digunakan untuk suatu kondisi medis tertentu serta frekuensi pemberiannya. Biasanya kekuatan dosis ini tergantung pada kondisi medis, usia, dan berat badan seseorang. Aturan pakai mengacu pada bagaimana produk kesehatan tersebut digunakan atau dikonsumsi. Berikut ini dosis dan aturan pakai Amfoterisin B:

 

Infeksi jamur sistemik (melalui injeksi intravena).

* Dosis awal 1 mg selama 20-30 menit dilanjutkan dengan 250 mikrogram/kg perhari, dinaikan perlahan sampai 1 mg/kg perhari, pada infeksi berat dapat dinaikan sampai 1.5 mg/kg perhari.

Catatan: terapi diberikan dalam waktu yang cukup lama. Jika terapi sempat terhenti lebih dari 7 hari maka dosis lanjutan diberikan mulai dari 250 mikrogram/kg perhari kemudian dinaikan secara bertahap.

  • Sediaan
    1.  Sediaan – Serbuk lofilik mgn 50 mg, dilartkan dengan aquadest 10 ml lalu ditmbh ke lar dextroa 5% = kadar 0,1 mg/ml
  • 2.  Lar elektrolit, asam/ mgdg pengawet tidak boleh digunakan sbg pelarut mengendapkanamfoterisin B
  1. Untuk injeksi selalu dibuat baru
  2. Interaksi Obat
    1.  Amikasin, siklosporin, Gentamisin, paromomycin, pentamidine, Streptomycin,
  3. Vancomycin :    meningkatkan risiko kerusakan ginjal.
    2.  Dexamethasone, Furosemide, hidroklorotiazide, Hydrocortisone, Prednisolone :

    Meningkatkan risiko hipokalemia.
    3.  Digoxin : ampulhoterisin B meningkatkan risiko keracunan digoxin.
    4.  Fluconazole : melawan kerja ampulhoterisin B.

    Aktivitas Obat

     

    Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dansel matang. Aktivitas anti jamur nyata pada pH 6,0-7,5: berkurang pada pH yang lebihrendah. Antibiotik ini bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung pada dosis dansensitivitas jamur yang dipengaruhi. Dengan kadar 0,3-1,0 µg/mL antibiotik ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma kapsul sulaium, Cryptococcus neoformans,Coccidioides immitis, dan beberapa spesies Candida, Tondopsis glabrata,Rhodotorula, Blastomyces dermatitidis, Paracoccidioides braziliensis, Beberapa spesies Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan spesiesTrichophyton. Secara in vitrobila rifampisin atau minosiklin diberikan bersamaamfoterisin B terjadi sinergisme terhadap beberapa jamur tertentu.

    Mekanisme kerja

     

    Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur sehingga  membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel.

    Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada membran sel hewan dan manusia.

    Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol pada membran sel.


    Pertanyaan yang Sering Diajukan

    Apakah Aman Menggunakan Amfoterisin B Saat Mengemudi atau Mengoperasikan Mesin?

    Jika Anda mengalami gejala efek samping seperti mengantuk, pusing, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan, jantung berdebar, dan lain-lain setelah menggunakan Amfoterisin B, yang dapat mempengaruhi kesadaran atau kemampuan dalam mengemudi maupun mengoperasikan mesin, maka sebaiknya Anda menghindarkan diri dari aktivitas-aktivitas tersebut selama penggunaan dan konsultasikan dengan dokter Anda.

    Bagaimana Jika Saya Lupa Menggunakan Amfoterisin B?

    Jika Anda lupa menggunakan Amfoterisin B, segera gunakan jika waktunya belum lama terlewat, namun jika sudah lama terlewat dan mendekati waktu penggunaan berikutnya, maka gunakan seperti dosis biasa dan lewati dosis yang sudah terlewat, jangan menggandakan dosis untuk mengganti dosis yang terlewat. Pastikan Anda mencatat atau menyalakan pengingat untuk mengingatkan Anda mengenai waktu penggunaan obat agar tidak terlewat kembali.

    Apakah Saya Dapat Menghentikan Penggunaan Amfoterisin B Sewaktu-waktu?

    Beberapa obat harus digunakan sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan melebih atau mengurangi dosis obat yang diberikan oleh dokter secara sepihak tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan sebagainya harus digunakan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah resistensi dari bakteri, virus, maupun jamur terhadap obat tersebut. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

    Jangan menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter, karena beberapa obat memiliki efek penarikan jika penghentian dilakukan secara mendadak. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

    Bagaimana Cara Penyimpanan Amfoterisin B?

    Setiap obat memiliki cara penyimpanan yang berbeda-beda, cara penyimpanan dapat Anda ketahui melalui kemasan obat. Pastikan Anda menyimpan obat pada tempat tertutup, jauhkan dari panas maupun kelembapan. Jauhkan juga dari paparan sinar Matahari, jangkauan anak-anak, dan jangkauan hewan.

    Bagaimana Penanganan Amfoterisin B yang Sudah Kedaluwarsa?

    Jangan membuang obat kedaluwarsa ke saluran air, tempat penampungan air, maupun toilet, sebab dapat berpotensi mencemari lingkungan. Juga jangan membuangnya langsung ke tempat pembuangan sampah umum, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat. Hubungi Dinas Kesehatan setempat mengenai cara penangangan obat kedaluwarsa.


    Apa Efek Samping Amfoterisin B?

    Efek Samping merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dari suatu obat. Efek samping ini dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada pada kondisi penyakit, usia, berat badan, jenis kelamin, etnis, maupun kondisi kesehatan seseorang. Efek samping Amfoterisin B yang mungkin terjadi adalah:

    Demam, sakit kepala, mual, turun berat badan, muntah, lemas, diare, nyeri otot dan sendi, kembung, nyeri ulu hati, gangguan ginjal (termasuk hipokalemia, hipomagnesemia, kerusakan ginjal), kelainan darah, gangguan irama jantung, gangguan saraf tepi, gangguan fungsi hati, nyeri dan memar pada tempat suntikan.

    • Infus :  kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal
    • 50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan menggigil
    • Flebitis (-) à menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus
    • Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai à  pemberian kalium
    • Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama flusitosin