Apa Abacavir Itu?
Abacavir (Ziagen) adalah obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi antiretroviral (ART). Obat ini dibuat oleh ViiV Healthcare, tetapi sekarang tersedia dari beberapa produsen, terutama di India.
Abacavir termasuk golongan analog nukleosida atau nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NsRTI). Obat golongan ini menghambat enzim reverse transcriptase. Enzim ini mengubah unsur genetis (RNA) HIV menjadi bentuk DNA. Ini harus terjadi sebelum kode genetik HIV dapat dimasukkan ke kode genetik sel yang terinfeksi HIV.
Siapa Sebaiknya yang Memakai Abacavir?
Abacavir disetujui pada 1998 di AS sebagai obat antiretroviral (ARV) untuk orang dewasa dan anak di atas usia tiga bulan yang terinfeksi HIV. Tidak ada pedoman tetap tentang kapan sebaiknya mulai memakai ART. Kita dan dokter harus mempertimbangkan jumlah CD4, viral load, gejala yang kita alami, dan sikap kita terhadap penggunaan ART. Lembaran Informasi (LI) 404 memberi informasi lebih lanjut tentang pedoman penggunaan ART. Catatan: Pedoman Nasional ART tidak mengusulkan penggunaan abacavir di Indonesia, dan obat tersebut tidak tersedia dalam program ART nasional.
Jika kita memakai abacavir dengan ARV lain, kita dapat mengurangi viral load kita pada tingkat yang sangat rendah dan meningkatkan jumlah CD4 kita. Hal ini seharusnya berarti kita lebih sehat untuk waktu yang lebih lama.
Abacavir tampulaknya masuk pada susunan saraf pusat (cairan tulang punggung). Jadi obat ini mungkin membantu mencegah masalah saraf misalnya demensia. Lihat LI 504 untuk informasi lebih lanjut mengenai demensia.
Bagaimana dengan Resistansi terhadap Obat?
Waktu HIV menggandakan diri, sebagian dari bibit HIV baru menjadi sedikit berbeda dengan aslinya. Jenis berbeda ini disebut mutan. Kebanyakan mutan langsung mati, tetapi beberapa di antaranya terus menggandakan diri, walaupun kita tetap memakai ART – mutan tersebut ternyata kebal terhadap obat. Jika ini terjadi, obat tidak bekerja lagi. Hal ini disebut sebagai ‘mengembangkan resistansi’ terhadap obat tersebut. Lihat LI 126 untuk informasi lebih lanjut tentang resistansi.
Kadang kala, jika virus kita mengembangkan resistansi terhadap satu macam obat, virus juga menjadi resistan terhadap ARV lain. Ini disebut ‘resistansi silang’ atau ‘cross resistance’ terhadap obat atau golongan obat lain.
Resistansi dapat segera berkembang. Sangat penting memakai ARV sesuai dengan petunjuk dan jadwal, serta tidak melewati atau mengurangi dosis.
Abacavir tampulaknya masih bekerja walaupun virus di tubuh kita sudah mengembangkan resistansi terhadap analog nukleosida lain.
Bagaimana Abacavir Dipakai?
Abacavir dipakai melalui mulut sebagai kapsul . Dosis dewasa yang biasa adalah 300mg dua kali sehari atau 600mg sekali sehari. Kapsulnya masing-masing 300mg, jadi kita harus minum satu kapsul dua kali sehari atau dua kapsul sekali sehari. Ada bentuk sirup untuk anak. Takaran yang dipakai tergantung pada berat badan anak.
Abacavir dapat dipakai dengan perut kosong atau waktu makan.
Abacavir juga tersedia sebagai gabungan 300mg dengan AZT (lihat LI 411) 300mg dan 3TC (lihat LI 415) 150mg dalam satu pil. Nama pil ini Trizivir, dipakai dua kali sehari. Juga ada gabungan abacavir 600mg dengan 3TC 300mg dalam satu pil. Nama pil ini Epzicom, dipakai sekali sehari.
Apa Efek Samping Abacavir?
Jika kita mulai memakai ART, kita mungkin mengalami efek samping sementara, misalnya sakit kepala, darah tinggi, atau seluruh badan merasa tidak enak. Efek Samping ini biasanya lambat laun membaik atau hilang. Efek Samping abacavir yang paling umum adalah sakit kepala, mual, dan muntah.
Reaksi Hiperpeka
Kurang lebih 8% orang yang memakai abacavir mengalami reaksi alergi. Efek Samping ini biasanya dialami dalam dua minggu setelah mulai memakai abacavir. Namun reaksi ini dapat muncul enam minggu atau lebih setelah mulai. Pasien mengalami gejala berikut:
- Demam (80% pasien yang mengalami reaksi)
- Ruam (60-70%)
- Sakit kepala/merasa tidak enak badan /tidak ada tenaga (60%)
- Mual, muntah, diare, atau sakit perut (50%)
- Batuk, sesak napas, atau sakit tenggorokan (20%)
Baru-baru ini, para peneliti menemukan tes darah yang sederhana yang dapat mengetahui hampulir semua pasien yang mungkin akan mengembangkan reaksi hiperpeka terhadap abacavir. Tes darah ini mencari gen HLA-B*5071. Tes genetis ini mulai dipakai secara umum di AS sebelum abacavir diresepkan. Tes genetis sekarang diusulkan oleh FDA-AS sebelum abacavir dimulai. Bila hasil tes ini positif, kita sebaiknya menambah abacavir pada daftar obat yang menimbulkan alergi pada kita.
Bila kita mengalami reaksi hiperpeka, gejala akan semakin buruk setiap kali obat dipakai, dan tidak akan hilang kecuali kita berhenti memakainya. Bila kita mengalami segala bentuk gejala ini selama memakai abacavir, segera hubungi dokter. Bila kita mengalami reaksi alergi pada abacavir, kita tidak boleh memakainya lagi untuk selamanya. Pasien alergi yang mencoba memakai abacavir lagi pernah mengalami reaksi yang sangat gawat.
Bila kita harus menghentikan penggunaan abacavir untuk alasan apa pun (misalnya karena obatnya habis), bicara dengan dokter sebelum mulai lagi. Kadang kala, orang yang merasa dirinya tidak alergi mengalami reaksi yang berat saat kembali minum abacavir.
Satu penelitian besar memberi kesan bahwa abacavir dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Namun penelitian baru tidak berhasil membukitkan penemuan ini. Tampulaknya masalah ini, kalau ada, hanya dialami oleh orang yang sudah berisiko tinggi terhadap masalah jantung. Kita sebaiknya membahas tingkat risiko kita terhadap penyakit jantung dengan dokter.
Bagaimana Abacavir Berinteraksi dengan Obat Lain?
Abacavir dapat berinteraksi dengan obat lain, suplemen atau jamu yang kita pakai – lihat LI 407. Interaksi ini dapat mengubah jumlah masing-masing obat yang masuk ke aliran darah kita dan mengakibatkan overdosis atau dosis rendah. Interaksi baru terus-menerus diketahui.Pastikan dokter tahu SEMUA obat, suplemen dan jamu yang kita pakai.
Namun, saat ini belum diketahui interaksi antara ARV lain dengan abacavir.
Kombinasi abacavir + AZT + 3TC hanya boleh dipakai bila tidak ada alternatif lain. Kombinasi abacavir + tenofovir + 3TC sebaiknya hanya dipakai bersamaan dengan ARV lain.