Duviral


DUVIRAL 
LAMIVUDINE 
ZIDOVUDINE
Kaplet

Apa Kandungan dan Komposisi Duviral?

Kandungan dan komposisi produk obat maupun suplemen dibedakan menjadi dua jenis yaitu kandungan aktif dan kandungan tidak aktif. Kandungan aktif adalah zat yang dapat menimbulkan aktivitas farmakologis atau efek langsung dalam diagnosis, pengobatan, terapi, pencegahan penyakit atau untuk memengaruhi struktur atau fungsi dari tubuh manusia.

Jenis yang kedua adalah kandungan tidak aktif atau disebut juga sebagai eksipien. Kandungan tidak aktif ini fungsinya sebagai media atau agen transportasi untuk mengantar atau mempermudah kandungan aktif untuk bekerja. Kandungan tidak aktif tidak akan menambah atau meningkatkan efek terapeutik dari kandungan aktif. Beberapa contoh dari kandungan tidak aktif ini antara lain zat pengikat, zat penstabil, zat pengawet, zat pemberi warna, dan zat pemberi rasa. Kandungan dan komposisi Duviral adalah:

:
Tiap Kaplet mengandung:

Lamivudine

150 mg

Zidovudine USP

300 mg

CARA KERJA:
Lamivudine dan Zidovudine merupakan inhibitor HIV-1 dan HIV-2 yang selektif dan poten, Lamivudine menunjukkan efek yang sinergis dengan Zidovudine dalam menghambat replikasi HIV dalam kultur sel. Kedua obat tersebut dimetabolisme secara berurut oleh intrasetuler kinase menjadi 5-trifosfat (TP). Lamivudine-TP dan Zidovudine-TP merupakan substrat dan inhibitor kompetitif HIV reverse transkriptase. Meskipun demikian, aktivitas utama keduanya melalui inkorporasi bentuk monofosfat ke dalam rantai DNA virus, yang menghasilkan terminasi rantai. Lamivudine dan Zidovudine trifosfat memperlihatkan affinitas yang lebih rendah secara signifikan terhadap sel inang DNA polimerase.

Duviral Obat Apa?


Apa Indikasi, Manfaat, dan Kegunaan Duviral?

Indikasi merupakan petunjuk mengenai kondisi medis yang memerlukan efek terapi dari suatu produk kesehatan (obat, suplemen, dan lain-lain) atau kegunaan dari suatu produk kesehatan untuk suatu kondisi medis tertentu. Duviral adalah suatu produk kesehatan yang diindikasikan untuk:

:
Duviral diindikasikan untuk pengobatan infeksi HIV pada dewasa dan anak-anak usia › 12 tahun, dengan immunodefisiensi progresif. (jumlah CD4+ 600 sel/mm3).

Dosis DAN PEMBERIAN:
Dewasa dan anak-anak usia › 12 tahun: 2 kali sehari 1 tablet . Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan.
Terapi menggunakan obat ini harus dalam pengawasan dokter yang berpengalaman dalam pengobatan infeksi HIV.
Bila pengurangan dosis obat ini secara klinik diperlukan, atau bila salah satu komponen (Lamivudine atau Zidovudine) harus dikurangi atau dihentikan, maka digunakan sediaan lamivudine dan Zidovudine yang terpisah.

Gangguan Ginjal:
Konsentrasi Lamivudine dan Zidovudine meningkat pada pasien dengan gangguan ginjal karena penurunan clearance. Karena diperlukan perubahan dosis, maka direkomendasikan penggunaan Lamivudine dan Zidovudine yang terpisah pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal (bersihan kreatinin ‹ 50 ml/menit).

Gangguan Hepatik:
Bersihan Lamivudine sebagian besar melalui ginjal. Berdasarkan pada data keamanan, tidak diperlukan dosis tambahan. Dari data terbatas, pada pasien dengan sirosis dapat terjadi akumulasi Zidovudine karena penurunan glukuronidasi. Oleh karena diperlukan perubahan dosis untuk Zidovudine, disarankan menggunakan sediaan terpisah antara lamivudine dan Zidovudine pada pasien dengan gangguan hepatik berat.

Dosis Pada Usia Lanjut:
Tidak ada data spesifik, meskipun disarankan dilakukan perawatan khusus pada kelompok usia lanjut dikarenakan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan perubahan parameter hematologi.

Apa Saja Kontraindikasi Duviral?

Kontraindikasi merupakan suatu petunjuk mengenai kondisi-kondisi dimana penggunaan obat tersebut tidak tepat atau tidak dikehendaki dan kemungkinan berpotensi membahayakan jika diberikan. Pemberian Duviral dikontraindikasikan pada kondisi-kondisi berikut ini:

:
Pasien yang hipersensitif terhadap Lamivudine, Zidovudine atau bahan pembantu dalam sediaan.
Zidovudine dikontraindikasikan untuk pasien dengan jumlah neutrofil rendah (‹0,75 x 100/L) atau kadar hemoglobin rendah ‹ 7,5 g/dL atau 4,65 mmol/L), sehingga obat ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan kondisi tersebut.

Apa saja Peringatan dan Perhatian Penggunaan Duviral?

:

Peringatan khusus

Pasien yang mendapat terapi obat ini atau antiretroviral lainnya dapat mengalami infeksi oportunistik dan komplikasi infeksi HIV lainnya. Oleh karena itu pasien hendaknya mendapat pengawasan langsung oleh dokter yang berpengalaman dalam mengobati infeksi HIV.
Pasien hendaknya diberitahu bahwa terapi antiretroviral termasuk menggunakan obat ini, belum terbukti dapat mencegah penularan HIV kepada orang lain melalui kontak 5eksual atau kontaminasi darah.

Hematologi

Anemia, neutropenia dan leukopenia dapat terjadi pada pasien dengan gejala penyakit HIV tingkat lanjut yang mendapat terapi Zidovudine, sehingga perlu dilakukan pengawasan terhadap parameter hematologi pada pasien yang menggunakan obat ini. Efek hematologi tersebut tidak muncul sebelum 4 – 6 minggu terapi.
Pada pasien penyakit HIV tingkat mula, reaksi samping hematologi jarang terjadi. Frekuensi pemeriksaan darah tergantung pada kondisi keseluruhan pasien. Misal setiap satu hingga tiga bulan. Penurunan kadar hemoglobin lebih dari 25 % dari batas bawah dan penurunan jumlah neutrofil lebih dari 50 % dari batas bawah membutuhkan pengawasan yang lebih sering.
Penambahan dosis Zidovudine disyaratkan bila terjadi anemia berat atau mielosupresi selama pengobatan dengan Duviral atau pada pasien dengan hemoglobin ‹ 9 g/dL (5,59 mmol/L) atau jumlah neutrofil ‹ 1 x 109/L. Karena penambahan dosis Duviral tidak memungkinkan, maka digunakan sediaan Zidovudine dan Lamivudine yang terpisah. Dokter hendaknya memberikan informasi secara individu pada pengobatan seperti ini.

Anak-anak

Tidak ada data mengenai penggunaan Lamivudine pada anak-anak. oleh karena itu Duviral tidak diindikasikan untuk anak-anak usia ‹ 12 tahun. Dokter hendaknya memberikan informasi mengenai penggunaan Lamivudine dan Zidovudine.

Ketidaknormalan hepatik/ asidosis

Jarang terjadi tetapi dapat muncul kejadian asidosis laktat tanpa hipoksamia dan hepatomegali berat disertai steatosis pada pasien yang diobati dengan Zidovudine. Pengobatan dengan Duviral hendaknya ditunda bila terjadi peningkatan kadar aminotransferase, hepatomegali atau asidosis laktat atau metabolik yang tidak diketahui penyebabnya.

Myopati

Myopati dan miositis, dengan perubahan patologi yang diakibatkan penyakit HIV, seperti pada penggunaan jangka panjang Zidovudine dapat terjadi pada terapi dengan Duviral.

Penekanan sumsum tulang

Duviral hendaknya digunakan secara hati-hati pada pasien dimana sumsum tulang memiliki jumlah granulosit ‹ 1000 sel/mm3 atau hemoglobin ‹ 9,5 g/dL.

Pasien dengan ko infeksi HIV dan virus hepatitis B

Keamanan dan efikasi Lamivudine belum terbukti untuk pengobatan kronik hepatitis B pada pasien yang terinfeksi HIV dan HBV. Pada pasien hepatitis B kronik non infeksi HIVyang diobati dengan Lamivudine, timbulnya resistensi HBV terhadap Lamivudine telah terbukti dan dihubungkan dengan respon pengobatan yang berkurang. Timbulnya varian virus hepatitis B yang dihubungkan dengan resistensi terhadap Lamivudine telah dilaporkan pada pasien terinfeksi HIV yang menerima pengobatan mengandung Lamivudine pada keadaan infeksi bersamaan dengan virus hepatitis B.

Pasien dengan gangguan fungsi ginjal

Pengurangan dosis Lamivudine dan Zidovudine direkomendasikan untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pasien dengan bersihan kreatinin ‹ 50ml/menit hendaknya tidak mengkonsumsi DUVIRAL.

Redistribusi lemak

Redistribusi/ akumulasi lemak tubuh termasuk obesitas pusat, lemak dorsocerviks, pembesaran lemak pada bagian permukaan, wajah, pembesaran payudar4 dan munculnya cushingoid teramati pada pasien yang menerima terapi antiretroviral.

Penggunaan selama kehamilan dan menyusui:
Pemberian Duviral tidak direkomendasikan selama 3 bulan pertama kehamilan kecuali bila keuntungan yang didapat ibu lebih besar daripada resiko terhadap janin.

Kehamilan:
Penelitian reproduksi pada hewan menunjukkan bahwa Duviral melewati plasenta dan terbukti menyebabkan peningkatan kematian embrio pada kelinci (Lamivudine), pada tikus dan kelinci (Zidovudine). Lamivudine tidak memiliki efek teratogenik pada hewan. Pada dosis toksik, Zidovudine yang diberikan pada tikus selama organogenesis menghasilkan peningkatan gangguan pembentukan organ. Tidak terdapat bukti abnormalitas fetal pada dosis yang lebih rendah.
Meskipun penelitian reproduksi pada hewan tidak selalu sama responnya pada manusia, pemberian Duviral selama 3 bulan pertama kehamilan tidak direkomendasikan kecuali bila keuntungan yang didapat pada ibu lebih besar daripada resiko pada fetus.
Keamanan Lamivudine pada kehamilan belum diketahui. Penggunaan Zidovudine pada wanita hamil dengan pengobatan berlanjut setelah bayi lahir, menunjukkan pengurangan rata-rata transmisi HIV ke bayi. Meskipun demikian, tidak ada data mengenai Lamivudine. Sehingga pemberian Duviral selama kehamilan hendaknya dipertimbangkan antara keuntungan dan resikonya.

Wanita menyusui:
Penelitian pada tikus yang menyusui, menunjukkan bahwa pemberian secara oral Lamivudine dan Zidovudine diekskresikan melalui air susu. Tidak diketahui Lamivudine atau Zidovudine yang diekskresikan melalui air susu. Karena diekskresikan melalui air susu, maka direkomendasikan untuk ibu yang mengkonsumsi Duviral hendaknya tidak menyusui bayinya.

Apa Saja Interaksi Obat Duviral?

Interaksi obat merupakan suatu perubahan aksi atau efek obat sebagai akibat dari penggunaan atau pemberian bersamaan dengan obat lain, suplemen, makanan, minuman, atau zat lainnya. Interaksi obat Duviral antara lain:

:
Duviral mengandung lamivudine dan Zidovudine dimana masing-masing obat tersebut memiliki interaksi dengan obat lain, sehingga memungkinkan bila terjadi interaksi Duviral dengan obat lain. Interaksi metabolik dengan Lamivudine rendah karena metabolisme yang terbatas dan ikatan protein plasma yang rendah serta bersihan ginjal yang lengkap. Zidovudine memiliki ikatan protein yang terbatas tetapi dieliminasi terutama melalui konjungasi hepatik menjadi metabolit terglukuronasi yang inaktif.

Interaksi dengan Lamivudine
Pemberian trimetoprim, konstituen kotrimoksazol, menyebabkan peningkatan 40 % Lamivudine dalam darah pada dosis terapetik. Meskipun demikian, kecuali jika pasien mempunyai gangguan ginjal, tidak diperlukan pengaturan dosis lamivudine.
Lamivudine tidak memiliki efek farmakokinetik terhadap kotrimoksazol.
Pemberian kotrimoksazol dengan Duviral pada pasien dengan gangguan ginjal hendaknya dikontrol atau dievaluasi.
Kemungkinan interaksi dengan obat lain yang dlberikan bersamaan hendaknya dipertimbangkan, terutama bila rute eliminasi utamanya melalui ginjal.

Interaksi dengan Zidovudine
Pemberian bersamaan Zidovudine dengan Lamivudine memberikan peningkatan 13% Zidovudine dan peningkatan 28% kadar puncak plasma. Hal ini tidak signifikan dengan keamanan pasien sehingga diperlukan pengaturan dosis. Zidovudine tidak berpengaruh terhadap farmakokinetik Lamivudine.
Kadar feniton dalam darah dilaporkan menurun pada pasien yanq mengkonsumsi Zidovudine, sementara pada pasien lain meningkat. sehingga diperlukan pengontrolan kadar fenitoin pada pasien yang mengkonsumsi Duviral dan fenitoin.
Karena beberapa pasien yang mengkonsumsi Duviral dapat mengalami infeksi opportunistik, hendaknya diberikan terapi profilaksis antimikroba. Terapi profilaksis tersebut dapat menggunakan kotrimoksazol, pentamidin aerosol, pirimetamin dan asiklovir. Data terbatas menunjukkan bahwa probenesid meningkatkan waktu paruh dan daerah di bawah kurva konsentrasi Zidovudine dengan cara menurunkan glukuronidasi. Ekskresi melalui ginjal glukuronida (dan mungkin Zidovudine) menurun dengan adanya probenesid.
Lamivudine dan Zalcitabine dapat menghambat fosforelasi intracellular satu dengan lainnya sehingga penggunaan DUVIRAL yang dikombinasikan dengan Zalcitabine tidak direkomendasikan.
Penggunaan bersamaan DUVIRAL dengan Stavudine dihindari karena hubungan antagonistic dengan Zidovudine telah terbukti secara in vitro.


Pertanyaan yang Sering Diajukan

Apakah Aman Menggunakan Duviral Saat Mengemudi atau Mengoperasikan Mesin?

Jika Anda mengalami gejala efek samping seperti mengantuk, pusing, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan, jantung berdebar, dan lain-lain setelah menggunakan Duviral, yang dapat mempengaruhi kesadaran atau kemampuan dalam mengemudi maupun mengoperasikan mesin, maka sebaiknya Anda menghindarkan diri dari aktivitas-aktivitas tersebut selama penggunaan dan konsultasikan dengan dokter Anda.

Bagaimana Jika Saya Lupa Menggunakan Duviral?

Jika Anda lupa menggunakan Duviral, segera gunakan jika waktunya belum lama terlewat, namun jika sudah lama terlewat dan mendekati waktu penggunaan berikutnya, maka gunakan seperti dosis biasa dan lewati dosis yang sudah terlewat, jangan menggandakan dosis untuk mengganti dosis yang terlewat. Pastikan Anda mencatat atau menyalakan pengingat untuk mengingatkan Anda mengenai waktu penggunaan obat agar tidak terlewat kembali.

Apakah Saya Dapat Menghentikan Penggunaan Duviral Sewaktu-waktu?

Beberapa obat harus digunakan sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan melebih atau mengurangi dosis obat yang diberikan oleh dokter secara sepihak tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat seperti antibiotik, antivirus, antijamur, dan sebagainya harus digunakan sesuai petunjuk dokter untuk mencegah resistensi dari bakteri, virus, maupun jamur terhadap obat tersebut. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Jangan menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter, karena beberapa obat memiliki efek penarikan jika penghentian dilakukan secara mendadak. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Bagaimana Cara Penyimpanan Duviral?

Setiap obat memiliki cara penyimpanan yang berbeda-beda, cara penyimpanan dapat Anda ketahui melalui kemasan obat. Pastikan Anda menyimpan obat pada tempat tertutup, jauhkan dari panas maupun kelembapan. Jauhkan juga dari paparan sinar Matahari, jangkauan anak-anak, dan jangkauan hewan.

Bagaimana Penanganan Duviral yang Sudah Kedaluwarsa?

Jangan membuang obat kedaluwarsa ke saluran air, tempat penampungan air, maupun toilet, sebab dapat berpotensi mencemari lingkungan. Juga jangan membuangnya langsung ke tempat pembuangan sampah umum, hal tersebut untuk menghindari penyalahgunaan obat. Hubungi Dinas Kesehatan setempat mengenai cara penangangan obat kedaluwarsa.


Apa Efek Samping Duviral?

Efek Samping merupakan suatu efek yang tidak diinginkan dari suatu obat. Efek samping ini dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada pada kondisi penyakit, usia, berat badan, jenis kelamin, etnis, maupun kondisi kesehatan seseorang. Efek samping Duviral yang mungkin terjadi adalah:

:

  • Perubahan pada parameter uji laboratorium, termasuk netropenia, trombositopenia, anemia, peningkatan sementara dari serum enzim hati (AST, ALT) dan peningkatan serum amilase
  • Cardiomypathy
  • Stomatitis
  • Kulit: Alopecia, erythema multiforme, sindrom Stevens-Johnson

Lamivudine
Tidak ada  tanda-tanda klinis atau gejala-gejala pada kasus over dosis DUVIRAL. Hasil tes hematology yang dilakukan tetap normal. Tidak diketahui apakah Lamivudine dapat dibersihkan dengan menggunakan dialysis peritoneal atau hemodialisis.

Zidovudine
Overdosis akut Zidovudine terjadi pada penggunaan di atas 50 g. Hal-hal yang ditemukan secara konsisten adalah nausea dan vomitus. Kejadian lainnya yang dilaporkan adalah sakit kepala, mengantuk, lesu, kebingungan dan terdapat satu laporan grand mal seizure.
Hemodialisis dan peritoneal dialysis hanya mempunyai pengaruh yang kecil terhadap pembersihan Zidovudine dalam darah.

OVERDosis:
Tidak antidot untuk DUVIRAL.

Kemasan/ NO. REG.:
Dus @ 1 botol @ 60 kaplet / DKL0312522004A1

Simpan pada suhu kamar (25 – 30°C), terlindung dari cahaya.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

PT. KIMIA FARMA
BANDUNG – INDONESIA

Sekilas Tentang Kimia Farma
PT. Kimia Farma merupakan suatu perusahaan farmasi Indonesia yang menurut sejarahnya sudah ada sejak jaman Hindia-Belanda. Perusahaan ini berdiri pada 1817 yang pada awalnya perusahaan ini bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co yang kemudian oleh Pemerintah Indonesia dimasa awal kemerdekaan dinasionalisasi dan dilakukan peleburan dengan beberapa perusahaan farmasi lainnya pada 1958 yang kemudian namanya berubah menjadi PNF (Perusahaan Negara farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Pada 16 Agustus 1971, status PNF berubah menjadi PT dan namanya kembali mengalami perubahan menjadi PT. Kimia Farma (persero). Pada 4 Juli 2001, status PT. Kimia Farma berubah menjadi perusahaan publik seiring dengan pencatatan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (Saat ini menjadi Bursa Efek Indonesia) sehingga berubah namanya menjadi PT. Kimia Farma Tbk. Jumlah karyawan perusahaan ini diperkirakan mencapai 5.758 orang.

Perusahaan ini telah mengantongi berbagai sertifikat mutu seperti CPOB, ISO 9001, ISO 9002, ISO 14001, dan juga telah mendapatkan persetujuan dari US-FDA sehingga produk perusahaan ini bisa dipasarkan di Amerika Serikat.

PT. Kimia Farma memiliki beberapa fasilitas produksi yang terletak di berbagai daerah yang berbeda yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Sarolangun, Watukadon, dan Tanjung Morawa. Setiap fasilitas produksi memproduksi produk yang berbeda-beda.

Untuk pemasaran produk, PT. Kimia Farma melakukannya melalui anak perusahaannya bernama PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) yang memang dibentuk untuk pemasaran dan penjulan produk induk perusahaannya. Perusahaan ini memiliki 46 cabang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri.

Selain bergerak di bidang produksi produk obat dan farmasi, PT. Kimia Farma juga merambah bisnis apotek, laboratorium, dan klinik kesehatan. PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan yang didirikan untuk menjalankan dan mengelola bisnis apotek dan PT Kimia Farma Diagnostik untuk usaha laboratorium dan diagnostik. Baru-baru ini PT. Kimia Farma megakuisisi PT. Phapros, salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia.

Produk PT. Kimia Farma selain dijual di Indonesia juga diekspor ke berbagai negara di dunia. Beberapa produk yang dijual selain obat jadi dan sediaan farmasi, juga menjual bahan baku pembuatan obat seperti iodine dan quinine. Produk-produk tersebut diekpor ke beberapa negara seperti India, Jepang, Taiwan, New Zealand, dan negara-negara Eropa. Untuk produk kosmetik, produk PT. Kimia Farma telah berhasil menembus pasar Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, dan Vietnam.